Dinny Jusuf, Penyelamat Tenun Toraja yang Hampir Punah Jadi Produk Kelas Dunia

Tak Lelah Rayu Penenun Tua agar Mau Ajari Anak Muda

Dinny Jusuf, Penyelamat Tenun Toraja yang Hampir Punah Jadi Produk Kelas Dunia
Dinny Jusuf (kiri, baju merah) dan Nina Jusuf di antara beragam karya indah kain tenun di butik Toraja Melo. Foto: Ahmad Baidhowi/Jawa Pos

jpnn.com - Tenun adalah salah satu kekayaan seni budaya Nusantara. Tak banyak yang mengetahui bahwa helaian kain indah itu sempat terancam punah. Untung, ada Dinny Jusuf, sosok yang dengan gigih berjuang menjaga eksistensi kain tenun.

Laporan Ahmad Baidhowi, Jakarta

NE' LISA duduk bersimpuh di depan alat tenun kesayangannya. Alat sederhana dari kayu uru, tanaman yang tumbuh di Tana Toraja, itu diikat dengan tali dari kulit kerbau. Bilah-bilah bambu kecil menghubungkan bagian-bagiannya dengan balida, batang untuk memadatkan benang yang terbuat dari kayu buangin, sejenis cemara.

Usia Ne' Lisa sudah lebih dari 70 tahun. Tapi, nenek dengan nama asli Kande' itu masih terlihat sangat terampil di depan alat tenunnya. Tangannya cekatan menggerakkan balida. Ne' Lisa memang salah seorang penenun terbaik di Toraja. Dia menguasai teknik tenun unik untuk membuat ragam hias pa’bunga-bunga atau corak bunga. Pada 2008, tinggal dua penenun di Toraja yang menguasai teknik itu. Keduanya sudah berusia di atas 70 tahun.

Penglihatan Ne' Lisa yang mulai kabur tak mampu menutupi binar bahagia di matanya. Bukan saja karena keindahan kain tenun pa’bunga-bunga karyanya, tapi juga luapan rasa lega. Ne' Lisa beserta rekan sebayanya seperti Ne'Ama, Ne' Febi, dan Ne' Rian kini tidak lagi gundah gulana membayangkan ancaman punahnya kain tenun yang menjadi warisan para leluhurnya. Sebab, kini telah lahir penenun-penenun muda di Tana Toraja.

Rasa lega yang tak terkira juga dirasakan Dinny Jusuf. Perempuan kelahiran Bandung, 17 April 1956, itu masih ingat betul bagaimana awal mula interaksinya dengan para penenun Toraja pada 2007. ”Rata-rata, usianya memang di atas 70 tahun. Bahkan, ada yang 90-an tahun,” tutur Dinny saat ditemui Jawa Pos di butik Toraja Melo, kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Jumat (8/5).

Ketika itu Dinny –yang sudah jenuh dengan ingar-bingar Jakarta– ingin menghabiskan masa tua di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, kampung halaman suaminya, Danny Parura. Udara sejuk, kicau burung, dan hamparan bukit nan hijau sejenak mampu membuat impiannya untuk menikmati masa pensiun yang indah menjadi nyata.

Namun, itu tak berlangsung lama. Latar belakang sebagai aktivis di bidang pemberdayaan perempuan memantik rasa gundahnya saat melihat deretan penenun tua di Sa'dan, salah satu kecamatan di Kabupaten Toraja Utara yang merupakan sentra kain tenun khas Toraja.

Tenun adalah salah satu kekayaan seni budaya Nusantara. Tak banyak yang mengetahui bahwa helaian kain indah itu sempat terancam punah. Untung, ada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News