Detik-detik saat GKR Pembayun Gemetaran Duduk di Atas Watu Gilang

Detik-detik saat GKR Pembayun Gemetaran Duduk di Atas Watu Gilang
GKR Mangkubumi duduk di atas Watu Gilang setelah menerima dawuh raja Sultan HB X di Bangsal Sitihinggil, Keraton Jogjakarta, 5 Mei lalu. (Tepas Tandha Yekti for Jawa Pos)

GKR Pembayun mendapat nama baru, GKR Mangkubumi, pada Selasa, 5 Mei lalu.  Tidak banyak yang mengetahui prosesi sakral itu. Selain hanya diikuti kerabat dekat, upacara tersebut tertutup untuk media. Namun, kepada Jawa Pos, putri sulung Sultan HB X-GKR Hemas itu bersedia menceritakan hari bersejarahnya tersebut.
----------------
Laporan Ferlynda Putri , Jogjakarta
----------------

Bagi Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun, hari Selasa Wage, 5 Mei lalu, merupakan momen penting dalam perjalanan hidupnya. Sebab, pada hari itu dia menerima dawuh raja (perintah raja) Sri Sultan Hamengku Bawono (HB) X untuk duduk di atas Watu Gilang dan mengganti namanya menjadi GKR Mangkubumi.

Menurut Pembayun, upacara penahbisan dirinya yang dilangsungkan di Bangsal Sitihinggil, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, tersebut benar-benar mendadak. Dia mengaku belum pernah sekali pun mendapat pemberitahuan dari ayahandanya untuk melaksanakan dawuh raja yang menyebutkan pergantian namanya dari GKR Pembayun menjadi GKR Mangkubumi.

”Sekitar pukul 06.30 saya mendapat telepon dari adik saya, GKR Condrokirono, di keraton,” ujar Mangkubumi dalam surat elektroniknya menjawab pertanyaan Jawa Pos Senin (11/5).

Mangkubumi tak bersedia melayani wawancara langsung yang diajukan Jawa Pos karena sejak Sabtu (9/5) tidak enak badan. Giginya sakit dan badannya agak demam.

Telepon Condrokirono tersebut meminta Mangkubumi secepatnya ke keraton. Sebab, pada pukul 11.00 ada acara di Bangsal Sitihinggil. Namun, acara apa itu, Pembayun tidak diberi tahu.

Pembayun mengaku tidak terlalu kaget dengan panggilan mendadak dari Keraton Kilen. "Sebenarnya tidak bisa dibilang mendadak. Karena dawuh Gusti Allah (lewat Sultan HB X), jadi harus dilaksanakan secepatnya,” kata istri KPH Wironegoro tersebut.

Pembayun pun segera bersiap-siap. Dari rumahnya di Dalem Wironegaran, di luar kompleks keraton, dia mengenakan kebaya panjang dan kain batik. Memang, menurut kebiasaan, bila ada acara di keraton, para putri raja/sultan akan mengenakan kebaya yang sama.

GKR Pembayun mendapat nama baru, GKR Mangkubumi, pada Selasa, 5 Mei lalu.  Tidak banyak yang mengetahui prosesi sakral itu. Selain hanya diikuti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News