Kharisma Soekarno Bergetar di Bumi Ende NTT

Kharisma Soekarno Bergetar di Bumi Ende NTT
Rumah Pengasingan Bapak Proklamator Soekarno di Ende, NTT. Foto Don Kardono/JPNN.com

jpnn.com - Baru kali ini, Menteri Pariwisata Arief Yahya tak sanggup menahan haru, terbata-bata dan acap kali kalimatnya tersendat. Seolah ada yang mengganjal di tenggorokan, saat mengikuti Prosesi Kebangsaan, dalam rangkaian Hari Lahir Pancasila 1 Juni di Ende, NTT. 

Tempat Bung Karno, sang pencetus lima butir mutiara itu men-down load lima sila yang menjadi Dasar Negara Republik itu. 
 
Arief Yahya tidak menyangka, antusiasme dan ketulusan warga se-kota Ende berikut dari pulau-pulau sekitarnya menyambut Hari Lahir Pancasila itu. 

Atmosfer kebangsaan seperti yang ditularkan Bung Karno saat menjalani masa pengasingan 14 Januari 1934-1938 itu, sangat kental terasa. Presiden Pertama RI itu betul-betul dicintai penduduk Ende, dari tua, muda, laki, perempuan, dari segala strata dan etnis. 

“Saya tidak menduga, kota kecil Ende ini memiliki energi kebangsaan yang amat besar,” jelas Menpar yang Mantan Dirut PT Telkom ini. 

Sejak mendarat di Bandara H. Hasan Aroeboesman, Ende yang harusngepot di antara tebing-tebing menjulang itu, sudah disambut dengan tarian khas, sebagai ucapan welcome. Tak peduli terik matahari menyengat dan menambah rontok rambut di kepala yang mulai menipis. 

Tak menggubris, panasnya di atas 30 derajad Celcius yang menggosongkan raut wajah. Dengan sarung tenun khas Flores, selendang warna cokelat gelap, mereka tampil atraktif. 
Tak lama, Menpar melanjutkan perjalanan ke Lapangan Pancasila, yang sudah dinanti dengan sabar oleh ribuan peserta upacara sejak pukul 08.00. 

Upacara peringatan hari lahirnya Pancasila itu baru dimulai pukul 10.00. Tidak ada yang berkeluh kesah, tidak ada yang menggerutu atau bersuara “uuuu…uu.” Mereka tetap khidmad menjalani prosesi upacara dengan inspektur Menpar Arief Yahya itu. 

Yang menyulut rasa haru adalah ketika paduan suara anak-anak berseragam biru putih itu melantunkan lagu-lagu perjuangan. Suara satu dua tiga berkumandang solid, tegas, mendinginkan suasana gerah dan amat menghibur. Ribuan pasang mata tertegun menikmati koor yang sangat patut diacungi dua jempol itu. 

Baru kali ini, Menteri Pariwisata Arief Yahya tak sanggup menahan haru, terbata-bata dan acap kali kalimatnya tersendat. Seolah ada yang mengganjal

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News