Bayaran tak Pernah Telat, Tarkam Dianggap Lebih Profesional

Bayaran tak Pernah Telat, Tarkam Dianggap Lebih Profesional
Timnas U-23. Foto: dok.JPNN

DI tengah kompetisi yang tak jelas, turnamen resmi yang tak kunjung diputar perasaan berat dirasakan pemain bola di Indonesia. Satu-satunya jalan, mereka mencari pertandingan tak resmi, untuk mendapatkan uang bulanan.
-----------
Muhammad Amjad-Jakarta
-----------
Delapan minggu sudah kompetisi terhenti pasca ISL batal kick off pada akhir April lalu. Klub-klub pun mulai 'salah tingkah' menghadapi kondisi sekarang. Saat seperti inilah, terlihat mana klub yang secara finansial siap menghadapi badai kompetisi.

Beberapa klub, memilih untuk membubarkan tim dan libur mengelola klub terlebih dulu. Klub yang lain, tetap bertahan dan hanya menjalani latihan atau uji coba untuk menjaga performa tim.

Tapi, menghadapi bulan puasa, banyak klub yang memilih untuk meliburkan latihan. Kesempatan inilah yang dimanfaatkan oleh para pemain. Mereka banyak menerima job untuk bertanding, di luar sepengetahuan klub.

Untuk klub yang tak mampu membayar gaji seperti Persija Jakarta, wajar jika pemainnya menerima tawaran untuk main antar kampung (tarkam). Tapi, belakangan, ada pemain dari Persib Bandung, yang lancar gajinya, ternyata berdiaspora ke tim-tim tarkam di kota lain.

M Taufiq, gelandang Persib bahkan rela berganti kostum, meski masih terikat kontrak dengan klubnya. Di Sunrise Of Java Cup, 30 juni- 5 juli nanti, gelandang 28 tahun itu bakal berkostum Persewangi Banyuwangi.

"Nggak enak sih iya sama klub. Tapi sudah izin, daripada diam, lebih baik jaga kondisi. Pemain Persib lain juga ada yang ikut tim Garuda All Star kok," katanya, Kamis (25/6).

Selain dia, ada M Natsir dan Yandi Sofyan yang akan bermain untuk klub berbeda. Yandi dan Natsir main untuk klub Garuda All Star, jelmaan Timnas U-23 yang akan "ditanggap" di Sunrise Of Java Cup nanti.

Selain Banyuwangi, turnamen tarkam yang sedang marak ada di kota Makassar, Sulawesi Selatan. Beberapa pemain dari berbagai tim, tumpek blek disana. Bukan hanya pemain, klub ISL pun ada yang menjelma menjadi klub tarkam, dengan mengganti nama. Tapi, dalamannya, pemainnya materi kelas ISL.

DI tengah kompetisi yang tak jelas, turnamen resmi yang tak kunjung diputar perasaan berat dirasakan pemain bola di Indonesia. Satu-satunya jalan,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News