Perputaran Industri Mamin Mencapai Rp 663 Triliun

Perputaran Industri Mamin Mencapai Rp 663 Triliun
Ilustrasi.

jpnn.com - SURABAYA - Tahun ini banyak industri yang mengalami kelesuan karena kondisi ekonomi Indonesia tidak stabil. Meski begitu, beberapa industri justru tumbuh. Salah satunya adalah industri makanan dan minuman.

''Indonesia menang di industri makanan dan minuman. Meski daya beli masyarakat turun, industri makanan dan minuman Indonesia tidak goyah,'' kata Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia Cabang Jawa Timur Yapto Willy Sinatra.

Menurut dia, pada kuartal pertama 2015, perputaran uang untuk industri makanan dan minuman di Indonesia mencapai Rp 663 triliun. Jawa Timur menyerap 30 persen dari total perputaran uang tersebut.

Dengan perputaran uang yang mencapai jumlah itu, pertumbuhan industri makanan dan minuman di Indonesia sebesar 8,16 persen pada triwulan pertama tahun ini. Saat ini mayoritas industri makanan dan minuman di Indonesia masih didominasi produk lokal. Produk makanan dan minuman lokal Indonesia memiliki market share 90 persen. Sisanya, sekitar 10 persen, dimasuki pasar impor. Mayoritas impor berasal dari Vietnam sekitar 7 persen, disusul dari Thailand dan Tiongkok.

''Makanan dan minuman impor biasanya hanya ditujukan untuk produk menengah ke atas,'' jelas Yapto. Salah satu alasan industri makanan dan minuman lokal masih menang di pasar dalam negeri adalah cita rasa. ''Sebagian besar orang Indonesia masih menyukai cita rasa lokal, kalaupun membeli makanan dan minuman impor, biasanya karena penasaran dan ingin mencoba,'' ungkapnya.

Menurut dia, pemerintah menargetkan jumlah perputaran uang untuk industri makanan dan minuman sampai 2019 bisa mencapai Rp 933 triliun. ''Kami optimistis mampu memenuhi target itu. Sampai 2015 saja, kami sudah mendapat sekitar Rp 663 triliun,'' jelas pengusaha jeli dan tepung maizena tersebut.

Mengenai pemberlakuan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) yang sebentar lagi berlangsung, Yapto menyatakan bahwa industri makanan dan minuman Indonesia tidak khawatir.

Masuknya beberapa produk impor ke Indonesia justru akan menciptakan daya saing yang lebih tinggi terhadap industri makanan dan minuman Indonesia. ''Asal besarnya impor tidak lebih dari 15 persen, hal tersebut masih wajar. Selain dari produk makanan, daya saing bisa dari kemasan,'' tandas Yapto. (vir/mas/tia)

SURABAYA - Tahun ini banyak industri yang mengalami kelesuan karena kondisi ekonomi Indonesia tidak stabil. Meski begitu, beberapa industri justru


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News