'Malaysia' Itu hanya Meniru Jaket dan Helm

'Malaysia' Itu hanya Meniru Jaket dan Helm
CEO Go-Jok Nadiem Makarim. FOTO: Yessy Artada/jpnn.com

jpnn.com - NAMA Nadiem Makarim belakangan melejit dan jadi buah bibir banyak orang. Lewat trobosan aplikasi yang ia cetuskan, pria lulusan Harvard University ini mengangkat derajat para tukang ojek. Bagaimana tidak, tukang ojek yang dulunya lebih banyak nongkrong di pengkolan, kini digaetnya dan sekarang bisa lebih sibuk mengantar orang ataupun barang.

Jika dulu pengguna harus ke pangkalan dan menunggu lama, kini Anda tinggal keluarkan smartphone dan pesan Go-Jek di aplikasi tersebut. Beberapa menit kemudian tukang ojek yang identik dengan jaket dan helm warna hijau itu akan datang dan siap mengantar.  

Namun, tak semua orang suka dengan trobosan yang dibuat Nadiem. Beberapa pesaing mulai muncul dan mengcopy caranya untuk mengaet penumpang. Ada pula yang minta Go-Jek ditidakan karena dianggap bukan transportasi umum. Yang lebih ngeri, sekelompok orang juga pernah menganiaya para sopir Go-Jek karena dianggap "merusak" pasar mereka. 

Wartawan JPNN.com Yessy Artada  berkesempatan mewawancarai CEO Go-Jek Indonesia Nadiem Makarim. Berpenampilan santai dia pun menuturkan soal pro kontra keberadaan Go-Jek. Bahkan dengan tutur kata penuh keyakinan dia juga berbicara soal pesaing bisnisnya yang merupakan pemain dari Malaysia.

 

Sejak kapan terpikir buat aplikasi Go-Jek?

Saya baru 2014 ini terjun langsung mengelola Go-Jek. Semester pertama tahun 2015 saya baru mulai memperkenalkan kepada masyarakat.

Kenapa terjun dalam bisnis yang terbilang baru ini?

NAMA Nadiem Makarim belakangan melejit dan jadi buah bibir banyak orang. Lewat trobosan aplikasi yang ia cetuskan, pria lulusan Harvard University

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News