Menlu Iran Disambut Bak Pahlawan, Warga Rayakan Kesepakatan Nuklir Damai

Menlu Iran Disambut Bak Pahlawan, Warga Rayakan Kesepakatan Nuklir Damai
Menlu Iran Disambut Bak Pahlawan, Warga Rayakan Kesepakatan Nuklir Damai

jpnn.com - TEHERAN - Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif kembali ke tanah air setelah sukses mencapai kesepakatan historis dengan negara-negara Barat. Dia disambut bak pahlawan, kemarin (15/7). Warga ibu kota merayakan kesepakatan nuklir Selasa lalu (14/7) sambil mengelu-elukan nama politikus 55 tahun tersebut.  

"Kita akan menerapkan persyaratan yang telah disepakati bersama dan mereka (Barat) akan melakukan apa yang harus mereka lakukan," ujar Zarif dalam jumpa pers di Bandara Internasional Mehrabad, Kota Teheran, kemarin. 

Dia menambahkan, kesepakatan yang dicapai di Kota Wina, Austria, setelah melewati perundingan alot selama 18 hari itu akan benar-benar terwujud pada sekitar November.
  
Iran dan enam negara Barat (P5+1) punya waktu sekitar empat bulan untuk menerapkan kesepakatan nuklir tersebut. Dalam kurun waktu itu, Iran bakal mempersiapkan berbagai hal yang berkaitan dengan program nuklirnya. Di antaranya, memberikan kelonggaran kepada Amerika Serikat (AS), Prancis, Jerman, Inggris, Rusia, dan Tiongkok untuk menginspeksi fasilitas-fasilitas nuklirnya.
  
Zarif menegaskan, saat ini masyarakat internasional tidak punya alasan lagi untuk curiga pada program nuklir Iran. Sebab, sesuai dengan penjelasan Teheran sejak awal, Negeri Persia itu tidak pernah berusaha menciptakan senjata nuklir maupun bom atom. Maka, untuk menunjukkan itikad baik Iran tersebut, Zarif mengabulkan permintaan Barat tentang transparansi.
  
Sebagai ganti atas penghentian aktivitas nuklir yang mengacu pada penciptaan senjata dan bom atom serta transparansi, Iran akan mendapat kelonggaran embargo ekonomi. Selain pengembalian aset yang dibekukan di luar negeri senilai USD 100 miliar (sekitar Rp 1.334 triliun), Iran akan kembali bisa berbisnis minyak dengan Eropa. Sebab, negara-negara Eropa mencabut embargo minyaknya atas Iran.
  
Sementara itu, tentang embargo senjata, Iran bersedia untuk tetap disanksi hingga lima tahun mendatang. Itu sekaligus akan membuktikan bahwa Iran tidak pernah berniat memproduksi senjata atau bom. Jika Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang juga bakal menginspeksi fasilitas-fasilitas nuklir Iran memberikan nilai positif, embargo senjata mungkin dicabut sebelum lima tahun.
  
Zarif optimistis perekonomian Iran kembali tumbuh pesat. Sebab, kesepakatan nuklir dengan negara-negara Barat tersebut bakal mengakhiri krisis manufaktur di Negeri Para Mullah itu. "Mungkin perekonomian segera membaik. Sebenarnya, saya sudah berencana meninggalkan Iran. Tapi, sepertinya saya akan bertahan saja," ujar Giti, pria 42 tahun yang berprofesi sebagai programmer.
  
Sejak Selasa malam, Teheran ingar-bingar. Masyarakat ibu kota meluapkan kelegaan mereka atas tercapainya kesepakatan nuklir damai dengan turun ke jalan. Mereka membunyikan klakson kendaraan dan bersorak-sorai dengan riang. Di beberapa sudut kota, warga berkumpul dan berdansa. Kegembiraan yang sama dirasakan penduduk di luar Teheran. Terutama warga kota-kota besar Iran.
  
Di sisi lain, negara-negara Jazirah Arab menganggap kesepakatan nuklir Iran sebagai sesuatu yang biasa. Kesepakatan historis yang oleh Israel diklaim sebagai kesalahan besar itu tidak mampu mengusir kecemasan Arab Saudi dan negara-negara Timur Tengah lainnya. Mereka justru khawatir kesepakatan itu membuat Teheran semakin gencar mengembangkan program nuklirnya.
  
"Sepakat atau tidak sepakat, ketegangan dan kekhawatiran tidak akan sirna dari kawasan ini," kritik Abdulkhaleq Abdullah, pakar ilmu politik dari United Arab Emirates University. Menurut dia, kecemasan akan tetap menyelimuti Jazirah Arab jika Iran tetap menempatkan dirinya sebagai kekuatan dominan di Timur Tengah. Program nuklir yang mendapat restu Barat bakal memperparah kondisi itu. (AP/AFP/hep/c19/ami)


TEHERAN - Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif kembali ke tanah air setelah sukses mencapai kesepakatan historis dengan negara-negara Barat.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News