Calon Tunggal, Bukti Buruknya Kualitas Partai Politik

Calon Tunggal, Bukti Buruknya Kualitas Partai Politik
Foto ilustrasi.dok.Jawa Pos

jpnn.com - JAKARTA - Gelombang pertama pemilihan kepala daerah serentak diwarnai fenomena calon tunggal di sejumlah wilayah. Hingga tanggal 28 Juli lalu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencatat ada 12  daerah yang pendaftarnya baru satu pasang calon.

Pengamat politik Populi Center Nico Harjanto mengaku prihatin melihat kondisi tersebut. Pasalnya, fenomena calon tunggal memperlihatkan buruknya kualitas partai politik peserta pemilu.

"Ini cermin ketidaksiapan partai politik untuk berkompetisi di daerah," ujar Nico dalam acara diskusi di Jakarta, Sabtu (1/8).

Menurutnya, sangat janggal jika ada sebuah partai politik yang tidak mampu mengajukan calon untuk maju di pemilihan umum. Pasalnya, salah satu fungsi dasar partai politik adalah sebagai sarana partisipasi dan rekrutmen politik.

Apalagi, lanjutnya, semua aturan main yang dipakai dalam pilkada serentak pada dasarnya dirancang oleh partai politik sendiri. Karena itu, sebenarnya tidak ada alasan bagi partai untulk tak berpartisipasi dalam pilkada.

"Semua (ketentuan) tertuang dalam undang-undang dan undang-undang adalah produksi dari politisi yang pastinya sesuai dengan keinginan mereka," ujar Nico.

Lebih lanjut, Nico berharap perpanjangan waktu pendaftaran pasangan calon yang telah ditetapkan KPU bisa dimanfaatkan oleh partai politik.

Pasalnya, proses pilkada serentak ini sangat krusial bagi regenerasi kepemimpinan di daerah dan kelancaran pembangunan nasional. (dil/jpnn)

JAKARTA - Gelombang pertama pemilihan kepala daerah serentak diwarnai fenomena calon tunggal di sejumlah wilayah. Hingga tanggal 28 Juli lalu, Komisi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News