Geliat Prostitusi di Lampung, si Abu-abu Bertarif Rp 2 Juta

Geliat Prostitusi di Lampung, si Abu-abu Bertarif Rp 2 Juta
Foto: dok.Jawa Pos

BANYAK cara yang dilakukan oleh para pekerja seks komersial (PSK) dalam menajajakan cintanya. Ya, bukan hanya berdiri dipinggir jalan untuk memanggil dan menggoda, atau berada di sebuah ruangan. Ada juga di suatu tempat yang berkedok panti pijat dan karaoke.
-----------
Laporan Yoga Pratama, BANDARLAMPUNG
-----------
Kini, zaman semakin canggih, zamanya media sosial, zamanya blackberry mesangger (BBM), semua menjadi lebih dimudahkan. Terlebih, PSK yang masih malu-malu menampakan dirinya atau bagi mereka yang baru mengenal dunia barunya.
    
Sejak satu pekan yang lalu hingga kemarin dini hari ketika masyarakat sedang beristirahat dan bersiap menyambut kemerdekaan RI ke 70 tahun Radar Lampung (Grup JPNN) menyusuri dua kota yang ada di provinsi ini melihat berkembang pesatnya bisnis protitusi baik dari yang secara terus terang, sembunyi-sembunyi, hingga yang tampak samar.
    
Di Bandarlampung sendiri lokasi yang kerap dijadikan tempat protitusi itu sendiri lebih dari enam lokasi, itupun belum ditambah tempat-tempat karaoke yang juga menyediakan wanita-wanita penghiburnya.
    
Lebih gila lagi, PSK kini bukan hanya profesi yang menjadi pilihan mereka yang sudah tamat sekolah ataupun sudah tidak duduk di bangku pendidikan. Namun, ada juga yang masih mengenakan seragam baik dari perguruan tingginya ataupun pelajar sekolah. Itulah yang biasa disebut ayam kampus dan ayam abu-abu.
    
Wartawan Radar Lampung berkesempatan berbincang dengan satu diantara mereka yang menekuni bisnis dunia malam melalui jejaring sosial.
    
Sumber Radar Lampung di Bandarlampung ini adalah seorang pemandu lagu (PL) di salah satu kelab malam di kota ini. Wanita berambut panjang ini pun mengaku memiliki teman yang siap digunakan untuk cinta satu malam.
    
Namun, dirinya menolak disebut sebagai gremo. Karena, yang diperlihatkanya hanyalah membantu seorang yang datang dan butuh untuk dicarikan pelanggan.
    
Saat Radar hendak menanyakan apakah ia memiliki teman yang bisa di boking, ia pun seperti sudah paham. Bahkan, ia menyatakan teman-temannya pun sudah tahu tempat-tempat yang bisa dijadikan lokasi kencan yang aman dari razia Polisi Pamong Praja maupun aparat kepolisian.
    
”Tahu lah, ajak nyanyi saja dulu. Siapa tahu ganteng, kan banyak yang mau kawan gua,” tulisnya di BBM yang dikirimkan ke wartawan Radar Lampung.
    
Wanita berkulit putih ini pun menyatakan bahwa dirinya juga memiliki kawan yang masih duduk di bangku SMA yang siap untuk diajak kencan. Hanya saja tarifnya lumayan mahal.
    
”Anaknya masih lugu-lugu gimana gitu, harganya seribulah (Rp1 juta, Red) sekali kencan. Kalau nginap jadi Rp2 juta, kalau iya gua kabarin kawan gua-nya,” katanya lagi. Dia pun mengirimkan foto wanita bertarif Rp1 juta tersebut.
    
Harga tersebut menurutnya sudah harga mati. Wartawan Radar pun sempat melakukan tawar menawar. Namun, ia tetap saja dengan harga yang disampaikanya.
    
Terpisah, di salah satu kota pendidikan di provinsi ini, yakni di Kota Metro, Radar pun mendapatkan informasi yang cukup mencengangkan. Bisnis protitusi di kota ini pun makin tumbuh dengan terlihatnya tempat protitusi yang berada di pinggir jalan menuju pusat kota disalah satu eks tempat makan terkenal di kota ini.
    
Namun tujuan Radar Lampung ke Metro bukan untuk melihat lokasi yang terbilang baru tersebut. Melainkan, ke salah satu sumber informasi yang mengetahui lancarnya bisnis protitusi di kota tersebut.

Yakni, berawal dari ajakan CA (22) yang membukakan pintu informasi mengenai bisnis protitusi di kota tersebut.

CA pun mengajak ke salah satu tempat biliard dan mengenalakn dengan YI. Di meja biliard tersebut YI pun bercerita. ”Ini ABG-ABG yang baru lewat juga termasuk yang bisa dipake,” katanya sambil sedikit menengokan wajah merujuk ABG yang baru melintas ke arah pintu keluar.

Dengan suasana ruangan yang full musik itu juga YI pun memberikan nomor telepon beberapa orang yang disebut mami dan papi yang memiliki banyak wanita penghibur dengan taksiran tarif Rp400-600 ribu sekali kencan dengan ayam abu-abu hingga ayam kampus. Bahkan, jika sedang beruntung bisa mendapatkan ayam biru (alias pelajar SMP).
    
”Rata-rata kuliah, SMA, SMP, soalnya kecil-kecil juga kok badannya. Coba hubungi mami, ini nomornya. Kalau mau menginap Rp800 ribu – 1 juta, nego sama mami, entar kan mereka paling hanya mendapatkan Rp600 ribu dari hasil kencan, sisanya diserahkan ke mami. Jadi kalau mau banyak pilihan, langsung ke mami,” terangnya.
    
Tak lama dari itu pun YI mengenalkan rekannya seorang pria mengenakan kaos abu-abu yang katanya seorang mahasiswa perguruan tinggi di Kota Metro.
    
Ai, ditaksir pria tersebut berumur 23 tahun, ia mengaku kerap mendapatkan tawaran untuk mencarikan wanita-wanita yang bisa diajak kencan. ”Saya sering bawa, kalau ada yang nawar silakan pakai,” katanya.
    
Bahkan, ia mengaku pada tahun lalu, ia bersama temanya pernah memberikan pesanan kepada pejabat dan oknum penegak hukum. ”Ada anggota DPRD di salah satu kabupaten nggak jauh dari Kota Metro, bahkan wanita tersebut dijadikan istri simpanan anggota DPRD tersebut,” kata dia yang saat ini mengaku sudah tidak memiliki kontak wanita tersebut.
    
Meskipun demikian, ia menjamin, bahwa wanita yang ditawarkanya bersih dan tidak seperti PSK yang berada di pinggir jalan, ataupun tempat protitusi terbuka.
    
”Nggak sembarang orang bisa akses, dan banyak yang nggak tahu kalau cewek yang saya bawa ini bisa di pake. Bahkan, ada yang mengenakan jilbab berukuran besar dan saya jamin bersih,” ujarnya.
    
Ia pun menyatakan bahwa wanita yang ditawarkan kepada lelaki yang mencari kepuasan tersebut kebanyakan berasal dari kalangan keluarga yang mapan.
    
”Rata-rata orang punya semua, jadi rajin ngerawat diri. Yah, dia ini kan kebanyakan karena kecewa sama pacarnya. Jadi, sekalian cari duit dengan keadaan seperti ini,” kata dia. (*)

 


BANYAK cara yang dilakukan oleh para pekerja seks komersial (PSK) dalam menajajakan cintanya. Ya, bukan hanya berdiri dipinggir jalan untuk memanggil


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News