Sambil Mengusap Perutnya Mengucap: Sabar dek, Ibuk Mau Ketemu Pak Menteri

Sambil Mengusap Perutnya Mengucap: Sabar dek, Ibuk Mau Ketemu Pak Menteri
Ketua Umum Forum Honorer K2 Indonesia (‎FHK2I) Titi Purwaningsih (jilbab biru). Foto: ist/Mesya Muhammad/JPNN

TAKDIR tidak akan berubah selama manusia tidak punya keinginan untuk mengubah nasib. Prinsip itulah yang dipegang honorer kategori dua (K2) untuk meningkatkan statusnya menjadi CPNS. Inilah sepenggal kisah perjuangan honorer K2.
----------
Mesya Muhammad-JPNN
---------
DENGAN langkah hati-hati, pelan, perempuan berusia 40 tahun ini menuju Kantor Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB). Di tangannya ada setumpuk berkas yang ingin diserahkan kepada MenPAN-RB Yuddy Chrisnandi. Isinya adalah tuntutan agar honorer K2 ada yang diangkat tahun ini.

Tiba di lobi kantor, satpam dan resepsionis langsung menyapanya. "Siang Bu Titi, wah baru muncul lagi ya. Tapi kok jadi gendut Bu Titi (hamil, red)," seru mereka kompak.

Ya, perempuan berusia 40 tahun itu adalah Ketua Umum Forum Honorer K2 Indonesia (‎FHK2I) Titi Purwaningsih. Wajah guru honorer dari Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah ini, sudah tidak asing lagi di Kantor KemenPAN-RB, mulai dari office boy, security, staf, asisten deputi, deputi hingga dua MenPAN-RB yakni Azwar Abubakar dan Yuddy Chrisnandi kenal dengan Titi.

Titi bersama rekan-rekannya berjuang sejak pengumuman Panselnas CPNS yang tidak meloloskan nama-nama honorer K2 berusia di atas 35 tahun. Mereka tidak terima, honorer K2 yang diloloskan Panselnas ternyata bodong.

Saat itu perut Titi masih rata dan menggunakan sepatu beralas lima centimeter seperti layaknya yang dipakai guru-guru. Kini, perut Titi membusung ke depan karena tengah mengandung anak keduanya.

"Iya saya hamil enam bulan. Tadinya saya sudah delegasikan ke teman-teman untuk perjuangan ini, namun saya tidak nyaman kalau hanya diam, makanya saya bela-belain datang ke Jakarta," kata Titi membuka percakapan dengan JPNN, baru-baru ini.

Kunjungannya ke Kantor KemenPAN-RB sudah yang kepuluhan kalinya. Namun Titi dan kawan-kawannya tidak pernah bosan. Kendati jarak yang ditempuh dari Banjarnegara ke Jakarta sekitar 12 jam, bila tidak macet.

"Saya harus semangat, kalau cuma menunggu di rumah, bagaimana bisa dapat hasil maksimal. Apalagi ini sudah September, makin dekat dengan Desember. Target saya, harus ada yang diangkat tahun ini sesuai kesepakatan politik Komisi II DPR dengan MenPAN-RB," tuturnya.

TAKDIR tidak akan berubah selama manusia tidak punya keinginan untuk mengubah nasib. Prinsip itulah yang dipegang honorer kategori dua (K2) untuk

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News