Duh...Pulau Dewata Krisis Air

Duh...Pulau Dewata Krisis Air
Duh...Pulau Dewata Krisis Air

jpnn.com - DENPASAR – Krisis air akibat kemarau panjang di Bali kemungkinan masih akan berlangsung lama.  Pasalnya, berdasar prakiraan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) hujan baru  akan turun akhir bulan November atau Desember.

Beberapa sumber air seperti embung, sungai dan sumber air lainnya juga ikut menyusut menyusul kemarau panjang di Bali. Dampaknya, masyarakat mengalami kekurangan air bersih untuk konsumsi sehari-hari. BMKG mengimbau kepada masyarakat agar irit dalam menggunakan air.

Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah III Denpasar, Nyoman Gede Wirya Jaya mengungkapkan, hujan diperkirakan akan turun di sebagian daerah di Bali pada bulan November mendatang. Itu pun volume hujan masih diperkirakan antara 50-150 per hari.

“Jadi, masalah kekeringan di Bali rata-rata sudah sangat memprihatinkan sekali. Dan, ini menjadi atensi serius kami,” ujar Nyoman Gede Wirya Jaya kemarin (1/10).

Terpisah, Kepala Stasiun Klimatologi Negara Nugo Putrantijo mengatakan, berdasar data, tercatat kekeringan terparah terjadi di Kabupaten Bangli.

“Dari data kami, tercatat 148 hari di wilayah Desa Catur, Kintamani, Bangli tidak pernah turun hujan,” ujarnya. Posisi kedua yang terparah mengalami kekeringan adalah Kabupaten Buleleng, tepatnya di Desa Sumber Kelampok, yang tidak pernah mengalami hujan selama 126 hari.

“Nah posisi ketiga juga ditempati oleh Buleleng dan Badung, selama 122 hari tidak hujan. Di Buleleng yang parah di Grokgak, dan di Badung terparah di Jimbaran,” ujar Nugo Putrantijo.

Menurut Putrantijo, 9 kabupaten/kota di Bali rata-rata pernah tidak hujan berturut-turut selama 30-60 hari. “Ini data kami per 30 September ya. Jadi, terus kami pantau kondisi bersama tim di lapangan,” terangnya.

DENPASAR – Krisis air akibat kemarau panjang di Bali kemungkinan masih akan berlangsung lama.  Pasalnya, berdasar prakiraan Badan Meteorologi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News