Ah...Betapa Romantisnya Jawa Pos dan Persebaya

Ah...Betapa Romantisnya Jawa Pos dan Persebaya
Suporter Persebaya. Foto: Sugeng Deas/Jawa Pos

jpnn.com - SEMUA mantan awak redaksi Jawa Pos geleng-geleng saat disodorkan pertanyaan-pertanyaan detail asal muasal keterikatan koran itu dengan sepak bola Surabaya, khususnya Persebaya.

Setelah Persebaya juara nasional pada 1976, prestasi mereka makin menukik. Pada kompetisi perserikatan 1985, malah duduk di peringkat sembilan dari sepuluh kontestan. Sang adik, Niac Mitra pun sama. Digdaya di awal Galatama dekade 1980-an. Memasuki tahun 1985, prestasi mereka sama seretnya.

Syahdan, Dahlan Iskan dan walikota Surabaya dr Poernomo Kardisi pun turun tangan. Berembuk dengan stakeholder memikirkan cara sepak bola Surabaya supaya bangkit berjaya. Disepakatilah Jawa Pos mengambil peran dalam bentuk pemberitaan di media.    

"Awalnya posisi Jawa Pos itu menjadi pengritik Persebaya. Apalagi terjadi kekisruhan pengurus saat itu," kata Dahlan Iskan. "Tapi, dikritik keras, digebuki setiap hari tidak membuat Persebaya lebih baik," lanjutnya.

Nah, karena itu, dimulailah pendekatan yang berbeda. "Lantas saya ingat teori pendidikan. Orang itu kalau dimarahi terus tambah tertekan. Maka kita coba cara lain, diberi kebanggaan," kata mantan Menteri BUMN tersebut.

Jawa Pos memang bukanlah media cetak pionir yang memberi ruang untuk pelaku dan pendukung sepak bola seluas-luasnya. Koran Pikiran Rakyat di Bandung dan Analisa di Medan melakukannya lebih dulu saat Persib Bandung dan PSMS Medan lolos secara beruntun ke final Perserikatan 1983 dan 1985.

"Nilai plus Jawa Pos adalah kami tak hanya memberitakan, tapi ikut juga terlibat mengkoordinir suporter dan menjadi bagian internal dalam tim," kata Slamet Oerip Prihadi, mantan redaktur olahraga senior Jawa Pos.

Selain mengkoordinir gerakan Tret-tet-tet dengan memobilisasi ribuan suporter melakukan laga tandang, Jawa Pos melibatkan diri secara langsung dengan tim. Dahlan Iskan bahkan sempat didapuk mengurusi tim dalam kurun waktu 1987 -1991.

SEMUA mantan awak redaksi Jawa Pos geleng-geleng saat disodorkan pertanyaan-pertanyaan detail asal muasal keterikatan koran itu dengan sepak bola

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News