Bung Karno: Zonder Mengerti Urusan Wanita, Tak Akan Bisa Menyusun Negara

Bung Karno: Zonder Mengerti Urusan Wanita, Tak Akan Bisa Menyusun Negara
Buku Sarinah. Foto: Wenri Wanhar/JPNN.com.

jpnn.com - AKIBAT perang, sejak 4 Januari 1946 ibukota Republik Indonesia pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. 

"Sesudah saya berpindah kediaman dari Jakarta ke Yogyakarta, maka di Yogya itu tiap-tiap dua pekan sekali saya mengadakan kursus wanita," tulis Bung Karno dalam Sarinah--Kewajiban Wanita dalam Perjuangan Republik Indonesia.

Banyak kalangan yang tak habis pikir ketika Bung Karno membuka kursus itu. Situasi sedang genting-gentingnya, doi malah bikin kursus begituan. 

Bung Karno bergeming. Kursus wanita jalan terus. Bagi dia, soal wanita adalah soal yang amat penting, soal wanita adalah soal masyarakat. "Sayangnya, soal wanita belum pernah dipelajari sungguh-sungguh oleh pergerakan kita," ungkapnya.

Adalah Mualif Nasution, sekretaris pribadi Bung Karno yang diberi tugas menyelenggarakan kursus tersebut. Mulai dari memastikan tempat, peserta dan keperluan lainnya. 

Materi kursus yang disampaikan Bung Karno dihadapan para wanita itu disalin pula oleh Mualif. Setelah cukup banyak, materi itu disuntingnya untuk diterbitkan jadi sebuah buku. 

Begitu memeriksa materi buku yang segera naik cetak itu, betapa senangnya hati Bung Karno. "Sudah lama saya bermaksud menulis buku tentang soal itu, tetapi selalu maksud saya itu terhalang oleh beberapa sebab," kenangnya.   

Maka setelah dilengkapi lagi sedikit banyak oleh Bung Karno, pada 1947 buku itu dicetak oleh Oesaha Penerbitan Goentoer, Jogjakarta. Buku setebal bantal itu diberi judul Sarinah.

AKIBAT perang, sejak 4 Januari 1946 ibukota Republik Indonesia pindah dari Jakarta ke Yogyakarta.  "Sesudah saya berpindah kediaman dari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News