Trah Paku Alam, Antara Daendels dan Raffles

Trah Paku Alam, Antara Daendels dan Raffles
Paku Alam II, 1870. Foto: Dok. KITLV.

jpnn.com - TRAH Paku Alam bermula ketika kekuasaan Belanda di Jawa diambil alih Inggris. 

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network

Pangeran Notokusumo muak. Sultan Hamengkubuwono II yang tak lain kakak kandungnya, dinilai semakin memusuhi siapa pun. 

Raden Mas Sundara (HB II), sebagaimana ditulis Soekanto dalam buku Sekitar Jogjakarta: 1755-1852 (Perdjanjian Gianti-Perang Dipanegara), "memiliki pembawaan yang lincah, tetapi tak mempercayai orang lain, kikir, amat keras hati." 

Menurut Soekanto, ini berbeda dengan ayahnya Sultan Hamengkubowono I yang punya pribadi kuat, berwibawa dan berbudi pekerti.

Karena itulah, suasana Keraton yang relatif stabil semasa HB I, mulai penuh intrik di zaman HB II. 

Intrik ini dimanfaatkan oleh Gubernur Jenderal Daendels. Pada 1810, HB II yang "anti-asing" dipaksa turun tahta dan digantikan oleh putranya, Pangeran Adipati Anom Hamengku Negoro (HB III). 

Rupanya, Pangeran Notokusumo, "juga tidak senang dengan kepada kemenakannya yang jadi raja dengan dukungan Daendels," tulis Budiawan dalam Anak Bangsawan Bertukar Jalan.

TRAH Paku Alam bermula ketika kekuasaan Belanda di Jawa diambil alih Inggris.  Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network Pangeran Notokusumo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News