Minim Teknologi Tapi Kaya Inovasi

Minim Teknologi Tapi Kaya Inovasi
Kepala Sekolah SDN Torong Raja, Labuan Bajo, Fransiskus Jamento mendapat penghargaan karena inovasi mutu pendidikan pada peringatan HUT ke-70 PGRI di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (13/12). FOTO: Natalia/JPNN.com

jpnn.com - Pantaslah jika guru disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Demi mencerdaskan siswanya, seorang guru rela melakukan apa saja. Itulah yang dilakukan Fransiskus Jamento (27), Kepala Sekolah dari SDN Torong Raja, yang terletak di pedalaman Pulau Flores, tepatnya di Desa Golo Ru'a, Kecamatan Ndusu, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Meski tinggal di daerah yang minim teknologi, Fransiskus terus berinovasi agar siswanya bisa menikmati belajar, tak hanya melalui buku pelajaran, tetapi juga dengan menonton video. Video itu, ia peroleh dengan merekam sendiri melalui handphone androidnya.

“Contoh kalau belajar soal IPA (Ilmu Pengetahuan Alam, red), saya nanti rekam beberapa bagian tanaman melalui video dengan HP (handphone) saya. Kemudian saat mengajar, saya jelaskan lewat laptop. Saya melihat siswa lebih senang belajar lewat video. Lebih mudah mengingatnya,” ujar Fransiskus pada JPNN.com saat menghadiri Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-70 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (13/12).

Selain merekam sendiri, Fransiskus juga mengunduh video-video menarik dan edukatif sebagai sarana belajar bagi siswanya melalui situs Youtube. Terutama, video tentang alam dan binatang. Itu dilakukannya saat ke kota kecamatan atau kabupaten di Manggarai Barat, NTT.

Maklum, sekolah tempat Fransiskus bertugas berada di desa yang sangat minim teknologi. Jangankan bicara teknologi, fasilitas penerangan seperti listrik juga belum tersedia. Karena itu, jangan berpikir akan bisa mengakses interner seperti kebaanyakan sekolah atau para siswa di kota-kota.

Masyarakat di desa yang berjarak 200 kilometer dari kota itu hanya mengandalkan energi matahari untuk penerangan.

Fransiskus yang juga seorang wali kelas ini mengaku, memilih tinggal di kecamatan agar dia bisa mendapatkan akses listrik dan internet demi menyediakan video untuk para siswanya. Untuk menjangkau sekolah tempat mengajar, Fransiskus setiap subuh atau pagi-pagi buta, dengan mengendarai sepeda motor berangkat dari kediamannya menuju sekolah.

“Kalau tinggal di dekat sekolah bagaimana bisa download semua video itu. Tidak ada listrik. Kadang kami bicara biologi tentang hewan. Tapi murid tidak tahu binatangnya, jadi kami perlu video untuk tunjukkan,” ucap Fransiskus.

Pantaslah jika guru disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Demi mencerdaskan siswanya, seorang guru rela melakukan apa saja. Itulah yang dilakukan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News