Kisah Sarung Untuk Affandi yang Telanjang, dan Topi dari Blanco

Kisah Sarung Untuk Affandi yang Telanjang, dan Topi dari Blanco
Antonio Blanco (kiri) dan Usman Nabhan. Repro foto dok Keluarga Nabhan

jpnn.com - Jarum jam belum mantap menunjukkan pukul 7 pagi, saat seseorang dengan pakaian putih lusuh duduk di emperan sebuah toko buku di kawasan Surabaya Utara. Menenteng gulungan kanvas berukuran sekitar satu meter, pria tadi terus menoleh ke kanan dan kiri. Melihat apakah si empunya toko sudah datang atau belum.

Tak seberapa lama menunggu, tiba-tiba ada seorang pemuda dengan cekatan berjalan mendekati toko dan membuka gembok yang menggantung di pintu. ”Pak Usmannya ada?” tanya pria berpakaian putih tadi.

”Oh, sebentar lagi datang. Tunggu saja! Ada perlu apa pak? Mau pesan kitab ya?” tanya pemuda penuh selidik.

”Tidak, saya hanya ingin berjumpa saja. Saya kawan beliau dari Jogja, Affandi,” jawab pria berbaju putih itu.

Sontak jawaban Affandi mengagetkan si pemuda. Namun, belum selesai rasa kagetnya, tiba-tiba dari kejauhan, dengan masih menaiki becak, Usman Nabhan berteriak memanggil nama sang tamu. ”Wah, Pak Affandi. Apa kabar?” serunya langsung memeluk sang tamu begitu turun dari becak.

”Kok tidak mengabari kalau mau ke Surabaya? Mari masuk, kita berbicara di dalam saja,” ajak Usman.

Dalam pertemuan kali itu, ternyata Affandi hendak menjual lukisan secara langsung yang dia bawa dari Jogja.

”Menurut cerita paman saya, saat itu Affandi sedang butuh uang untuk suatu keperluan,” cerita Hamid Nabhan, seniman sekaligus keponakan dari Usman Nabhan.

Jarum jam belum mantap menunjukkan pukul 7 pagi, saat seseorang dengan pakaian putih lusuh duduk di emperan sebuah toko buku di kawasan Surabaya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News