Ahli Geologi : Jarak Itu Relatif

Ahli Geologi : Jarak Itu Relatif
Aksi teatrikal memperingati 8 tahun bencana lumpur Lapindo. Foto : Dok Jawa Pos

jpnn.com - Perbedaan data mengenai jarak sumur baru yang akan dibor PT Lapindo Brantas dengan pusat semburan lumpur, semakin meruncing dan membuat banyak pihak mengeluarkan statement. Jika sebelumnya BLH Sidoarjo mengatakan jaraknya adalah 2,5 KM, data berbeda disajikan oleh pihak Lapindo yang menyebut angka 4 KM. Kini, Dinas ESDM Sidoarjo pun angkat bicara.

Menurut Kabid ESDM Diskoperindag ESDM Agus Sudarsono, jarak dari pusat semburan lumpur dengan sumur TGA 1 yang nantinya akan bertetangga dengan sumur baru TGA 6 yang akan dibor Lapindo Brantas adalah 4 KM.
Menurut Agus, dari peta yang ada di dokumen UKL/UPL terlihat jarak antara pusat semburan dengan sumur TGA 5 adalah 2,6 KM, sementara jarak antara sumur TGA 5 dengan sumur TGA 1 sejauh 1,5 KM.

”Jarak itu kalau dijumlahkan totalnya 4,1 KM, namun jika ditarik garus lurus jarak antara pusat semburan dengan TGA 1, sejauh 4 KM. Karena nantinya sumur TGA 6 rencananya dibor berjarak hanya 50 meter dari sumur TGA 1, maka jaraknya kurang lebih juga 4 KM,” kata Agus Sudarsono.

Pernyataan itu tentu disambut antusias oleh pihak Lapindo. ”Kami berharap tidak ada lagi yang menggunakan data yang salah. Kalau salah data bisa salah persepsi atau bahkan salah analisa ,” kata  PR Manager Lapindo Brantas Arief Setyo Widodo.

Hal senada diutarakan pakar geologi ITS yang juga ketua pengurus daerah Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Jawa Timur Handoko Teguh Wibowo. Dia memastikan jarak antara rencana sumur Tanggulangin TGA 6 dengan pusat semburan lumpur memang 4 KM, bukan 2,5 KM.

Tapi lebih lanjut, baginya jarak adalah hal yang relatif. Alasannya ada beberapa sumur-sumur Lapindo di Wunut dan Tanggungangin yang jaraknya bahkan jauh lebih dekat dari 2,5 KM pun masih aman menghasilkan gas hingga kini.

”Masalahnya bukan hanya pada jarak, tetapi rencana pengeboran itu berada di daerah patahan Watukosek atau tidak. Berdasar penelitian delapan tahun terakhir ini kami sudah membuat zona, mana daerah yang berbahaya, rawan dan aman. Nah, rencana pengeboran sumur baru Lapindo ini ada di zona aman,” ujarnya.

Handoko yang merupakan alumnus Teknik Geologi UGM.menegaskan siap mempertanggungjawabkan secara akademis pernyataannya. “Jika ada yang mempertanyakan silakan saja. Yang bicara bahwa rencana pengeboran itu aman sesungguhnya bukan saya, tetapi data hasil penelitian. Jadi silakan kita bicara data, bukan asumsi,” tegasnya.

Perbedaan data mengenai jarak sumur baru yang akan dibor PT Lapindo Brantas dengan pusat semburan lumpur, semakin meruncing dan membuat banyak pihak

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News