Kisah Pak Sudirman, Satu-satunya Guru di Sebuah SD

Kisah Pak Sudirman, Satu-satunya Guru di Sebuah SD
Sudirman Mokodongan saat mengajar. Foto: Fandri Mamonto/Manado Post/JPG

jpnn.com - PENGABDIAN Sudirman Mokodongan patut diacungi dua jempol. Sebagai guru ia tetap bertahan di sekolah yang sulit diakses, meski sudah diusulkan pindah ke sekolah di ibu kota.

Laporan: Fandri Mamonto

BERTAHUN-tahun Sudirman Mokodongan menjalani profesi sebagai guru di desa terpencil, Desa Kalingangaan, Kecamatan Kotamobagu Utara, Kotamobagu, Sulut.

Setiap hari, pria sederhana ini mengayunkan kaki dari rumahnya di Desa Bilalang menuju Desa Kalingangaan, pergi pulang. Jarak dua desa ini cukup jauh, sampai puluhan kilometer.  Supaya tidak terlambat, Sudirman usai Subuh sudah bersiap-siap jalan kaki.

“Sebenarnya ada alternatif lain dengan menyewa ojek kampung. Tapi, apa mau dikata, ongkos ojek amat mahal, sekali jalan Rp50.000,” ungkap Sudirman usai menerima MP Award 2015, di Swissbel Hotel Manado.

Pria paruh baya ini adalah satu-satunya guru di SD Kalingangaan. Ia guru merangkap kepala sekolah. Beberapa kali ia mengutarakan permintaan guru di SD Kolingangaan, tapi nihil. Sempat terbersit di hatinya untuk cari lokasi lain.

Tapi, nurani pria kulit sawo matang ini tak tega meninggalkan SD Kalingangaan. Toh sebelumnya Sudirman pernah mengajar di SDN di Bilalang. Namun niat itu surut, saat melihat semangat para siswa di desa terpencil itu.

 “Semangat belajar mereka sangat tinggi. Meski tak punya seragam, sepatu bahkan tak beralas kaki, anak-anak itu semangat untuk belajar,” tutur pak guru yang rambutnya dipangkas pendek.

PENGABDIAN Sudirman Mokodongan patut diacungi dua jempol. Sebagai guru ia tetap bertahan di sekolah yang sulit diakses, meski sudah diusulkan pindah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News