Melihat dari Dekat Kehidupan Warga Penjaringan

Buang Hajat di Selokan Rumah, Masak ‎di Depan Pintu

Melihat dari Dekat Kehidupan Warga Penjaringan
Sarmi (80) warga Penjaringan, Jakarta Utara menunjuk septik tank yang ada di dalam rumahnya. FOTO: Mesya Moehamad/JPNN.com

jpnn.com - Tidak pernah terbayangkan di kota sebesar Jakarta, masih banyak warga asli (Betawi, red) yang ‎hidup di bawah garis kemiskinan. Saking miskinnya, mereka rela tidur di atas septik tank. Andai punya kampung halaman, mereka pasti pilih pulkam (pulang kampung, red) ketimbang hidup dempetan di rumah yang tidak layak huni‎. 

Mesya Moehamad – Jawa Post National Network

RUMAH-rumah di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara hampir rata-rata berukuran kecil. Kalaupun ada yang besar, bisa dihitung dengan jari. Wajar kalau Lurah Penjaringan Suranta mengatakan, wilayah yang dipimpinnya 75 persennya kumuh, dengan klasifikasi kumuh ringan, sedang, dan berat.

Untuk masuk ke wilayah penjaringan, mobil ukuran kecil pun tidak bisa lewat. Kawasan ini dijejeri gang-gang sempit yang becek. Rumah-rumah warga yang padat (sekitar 300 ribu orang) dan sempit bikin dada sesak. Terlebih di setiap gang ada saluran air yang baunya bikin mual saja. Sudah airnya berwarna hit‎am pekat, mampet pula.

Namun aroma tidak sedap itu tidak dihiraukan warga. Mungkin mereka sudah terbiasa dengan kehidupan seperti itu. Bangun tidur, begitu buka pintu langsung dihadapkan dengan tembok rumah tetangga dan selokan mampet berbau khas.

‎Rumah warga Penjaringan rata-rata berukuran 2x3 m, 3x3 m, dan 3x4 meter. Bisa kebayang, bagaimana tidak nyamannya hidup di rumah yang sempit. Jangankan untuk memasukkan lemari baju ukuran dua pintu, orang yang badannya agak gemuk saja susah masuk ke dalam rumah.

Di masing-masing pintu rumah, berjejer ko‎tak-kotak dari triplek yang ternyata untuk memasak. Yang memasak tidak hanya perempuan, laki-lakinya juga masak. Umumnya laki-laki yang memasak pagi-pagi adalah para suami yang istrinya bekerja. Entah sebagai buruh cuci atau juga pengasuh anak.

Tepat depan pintu rumah juga ada selokan kecil tertutup. Selokan ini berbeda dengan selokan terbuka yang ukuran lebarnya sekitar 50 cm. Penasaran JPNN pun bertanya kepada ‎Salima, salah satu warga Penjaringan, fungsi dari selokan kecil tertutup itu.

Tidak pernah terbayangkan di kota sebesar Jakarta, masih banyak warga asli (Betawi, red) yang ‎hidup di bawah garis kemiskinan. Saking miskinnya,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News