Kok Museum Ranggawarsita Jadi Terkesan Angker dan Kotor?

Kok Museum Ranggawarsita Jadi Terkesan Angker dan Kotor?
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengeluhkan kondisi kebersihan ketika mengunjungi Museum Ranggawarsita, Jumat (22/4). foto: Ajie MH/Radar Semarang/JPG

jpnn.com - SEMARANG – Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menyambangi Museum Ranggawarsita di kawasan Kalibanteng, Semarang, Jumat (22/4). Ganjar langsung menemukan kondisi tidak mengenakkan ketika memasuki museum milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah itu.

Museum dengan puluhan ribu koleksi itu memang terkesan angker. Jaring laba-laba terlihat di sudut ruangan. Sedangkan kaca etalase juga mulai keruh. Selain itu,  penerangan gedung penyimpan barang-barang kuno ini tergolong minimalis.

Ganjar pun langsung memberikan banyak masukan ke Kepala Museum Ranggawarsita, Steven Timisela. Bisa jadi kondisi itu membuat Museum Ranggawarsita semakin jarang dikunjungi warga.

”Ini kaca etalasenya kalau bisa dilap. Dari dua sisi, luar dan dalam agar pengunjung bisa melihat barangnya dengan jelas. Lantainya dibersihkan. Sawang-sawang (jaring laba-laba) juga. Saya tidak mau ada kabel semrawut di tembok,” katanya.

Ganjar juga menyarankan kepada pengelola museum untuk menyediakan suvenir. Misalnya, kaus, buku-buku kuno yang diterbitkan kembali, atau bisa juga cakram kompak sehingga orang keluar museum mendapat pengetahuan yang utuh.

Bila perlu, kata Ganjar, tiket masuk yang sekarang hanya Rp 4 ribu dinaikan menjadi Rp 20 ribu. Namun, kenaikan harga tiket itu dibarengi dengan pemberian suvenir.

Atau bisa juga dengan membuat paket wisata. Dengan tiket Rp 100 ribu, selain bisa mengunjungi museum juga memperoleh suvenir, buku, dan VCD. ”Suvenir unik yang menggambarkan museum kita bisa diceritakan lewat diplomasi kaus oblong, lewat buku, atau VCD,” tegasnya.

Selain itu, pengelolaan museum juga perlu berinovasi agar anak muda bersedia datang. Misalnya dengan menyediakan kafe yang nyaman dan perpustakaan yang lengkap sehingga orang akan betah berlama-lama ada di kompleks museum.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News