Alhamdulillah! Setelah 17 Tahun Dipasung Akhirnya...
jpnn.com - Mahmud Masud tak paham apa yang merasukinya. Begitu sadar, sang adik telah tergeletak tak bernyawa di sisinya. Saat itu, hidup Mahmud langsung berubah. Divonis gangguan mental, dijauhi tetangga, hingga hidup dalam pasungan 17 tahun lamanya.
WAHYUDIN MADJID, Pulau Hiri
Suasana rumah keluarga Masud di Kelurahan Togolobe, Kecamatan Pulau Hiri, Kota Ternate tampak berbeda seminggu belakangan.
Minggu (24/4) lalu, anak nomor tiga dalam keluarga tersebut kembali pulang. Kepulangan Mahmud Masud memang terasa luar biasa. Meski ia hanya meninggalkan rumah selama setahun lebih tiga bulan.
Ketika meninggalkan rumah, Mahmud bukan sekadar ‘merantau’. Pria 43 tahun itu dikirim ke Manado untuk mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof. dr. VL. Ratumbusyang. Tak heran, kepulangannya, dalam kondisi yang jauh lebih baik, memberi warna tersendiri bagi rumah sederhana tersebut.
Ketika disambangi Malut Post (JPNN Group), Minggu (1/5), Mahmud tengah berbaring di kamarnya. Ia mengeluh kaki kanannya sakit. Putra pasangan Masud dan Komonyo itu terjatuh dari tempat tidur saat masih berada di RSJ Ratumbusyang.
”Ingin mancing kalau kaki sudah sembuh,” katanya dalam bahasa daerah Ternate.
Dari caranya berkomunikasi, tak ada lagi tanda-tanda gangguan mental yang pernah diidapnya. Padahal selama 17 tahun sebelumnya ia harus bergelut dengan vonis gangguan mental. Vonis itu didapatnya setelah tanpa sebab Mahmud membunuh adik kandungnya sendiri.
Mahmud Masud tak paham apa yang merasukinya. Begitu sadar, sang adik telah tergeletak tak bernyawa di sisinya. Saat itu, hidup Mahmud langsung berubah.
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor
- Pesantren Ala Kadarnya di Pulau Sebatik, Asa Santri di Perbatasan Negeri