Mereka Mengaku Mualaf Agar Selamat dari Abu Sayyaf, Kisahnya...

Mereka Mengaku Mualaf Agar Selamat dari Abu Sayyaf, Kisahnya...
TIBA DENGAN SELAMAT: 10 ABK Brahma 12 yang tiba di Jakarta. FOTO: JAWA POS

jpnn.com - DI sebuah pulau yang masuk wilayah Sulu itulah Julian Philips dan sembilan ABK Brahmad 12 memulai kehidupan baru sebagai sandera kelompok Aby Sayyaf. Bahkan, beberapa sandera yang beragama nonmuslim mengaku sebagai mualaf agar tak dieksekusi Abu Sayyaaf.

”Nama pulau kami tidak tahu,” kata Julian yang merupakan pria dari Minahasa, Sulawesi Utara, tersebut.

Sulu memang sebuah kepulauan yang secara administratif berada di bawah Provinsi Sulu dengan Jolo sebagai ibu kota. Provinsi di Filipina Selatan tersebut merupakan bagian dari Autonomous Region in Muslim Mindanao.  

Abu Sayyaf membagi para sandera menjadi beberapa kelompok. Khususnya jika situasi dinilai tidak kondusif. Sebab, jika bergerombol, itu akan menyulitkan pengamanan saat berpindah tempat.

Pindah dari satu tempat ke tempat lain memang menjadi kegiatan wajib para sandera. Rentang waktunya pun tidak menentu. Bisa dua sampai empat hari saja. ”Migrasi” itu selalu dilakukan jika ada informasi pengejaran yang dilakukan tentara Filipina.

Meski beberapa kali mendapat ancaman pemenggalan, lanjut Philips, dirinya dan beberapa rekan mendapat penjagaan keamanan yang cukup baik. ”Mungkin mereka berpikir, kalau ada satu sanderanya mati, mereka nggak akan dapat uangnya,” terang pria berusia 50 tahun itu.

Alvian menambahkan, selama masa penyanderaan, tidak ada kekerasan fisik yang dialami. Bahkan, dia dan rekan-rekannya tidak pernah dikurung. Meskipun memang lima orang bersenjata lengkap selalu mengawasi gerak-gerik mereka tanpa jeda.

”Mukanya tidak tahu karena semuanya pakai penutup muka tiap hari,” kata pria dari Jakarta tersebut. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News