Nama-Nama Besar Bermitra Strategis dengan Kemenpar

Nama-Nama Besar Bermitra Strategis dengan Kemenpar
Logo Kemenpar. Foto: kemenpar.go.id

jpnn.com - SYDNEY - Menteri Pariwisata RI, Arief Yahya terus mengumpulkan mitra-mitra strategis yang punya nama besar di pentas pariwisata dunia. Ini semakin menunjukkan, kelas Wonderful Indonesia yang semakin strategis di mata dunia internasional. 

Kali ini, yang tertarik bekerjasama adalah Minister for Tourism and International Education and Minister Assisting the Minister for Trade and Investment Australia, Senator the Honorary Richard Colbeck. 

Dalam pertemuan di Qantas Chairmans Lounge, Bandara Kingsford Smith, Sydney, Richard Colbeck sangat antusias dengan paket kerjasama yang ditawarkan Arief Yahya. "Itu ide yang sangat bagus, kami tertarik dengan gagasan satu paket untuk dua destinasi, Indonesia-Australia," jawab Richard, menanggapi pemikiran Menpar Arief Yahya soal pasar Timur Tengah. 

Kebetulan, Kemenpar memang sudah teken kesepahaman untuk menjalin kerjasama dengan Emirates dari Dubai, Uni Emirate Arab (UEA), saat Arabian Travel Market, pekan lalu. Emirates akan membuka rute penerbangan ke Lombok dan Surabaya, setelah Jakarta 14x dalam seminggu dan Bali 6x seminggu. Emirates juga sangat ingin terbang lagi, menambah slot di Jakarta dan Bali, yang saat ini rata-rata sudah hampir 80 persen terisi. 

"Jika Australia tidak berkeberatan, kami akan paketkan originasi Middle East, ke Bali-Lombok, Jakarta, atau Surabaya, connect ke beberapa kota di Australia, seperti Darwin, Perth, Melbourne, Sydney, Adelaide, dan kota mana saja yang diminati," usulan Menpar Arief Yahya dalam pertemuan itu. 

Pasar Middle East itu cukup besar. Ada yang menyebut 140 juta outbond dalam setahun. Lebih besar dari mainland China, yang tahun lalu 110 juta outbond. Bedanya, China itu satu negara, kalau Middle East itu banyak negara dan punya regulasi sendiri-sendiri. 

"Kami mau, kami akan jajaki dan bicarakan dulu, segera kita tindaklanjuti," sahut Richard. 

Satu usulan lagi yang langsung direspons cepat Australia, yakni single package untuk originasi Tiongkok ke Indonesia-Australia. Richard rupanya juga melirik pasar di Balik Tembok China yang sangat potensial itu. Arief menjelaskan bahwa Indonesia baru mendapatkan 1,2 juta wisman asal Tiongkok, padahal ada 110 juta yang berwisata ke luar China setiap tahunnya. Jadi baru 1 persen saja yang terbang ke Indonesia. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News