Proyek Tol Semarang-Batang Terkendala, Inilah Sebabnya

Proyek Tol Semarang-Batang Terkendala, Inilah Sebabnya
Foto/ilustrasi: Magelang Ekspres/JPG

jpnn.com - KENDAL - Proyek jalan tol Semarang-Batang masih terganjal masalah pembebeasan lahan. Demi proyek tol sepanjang 37 kilometer itu, masih ada ribuan bidang tanah yang harus dibebaskan.

Anggota DPD RI, Ahmad Muqowam mengatakan, ada banyak lahan warga yang akan terkena dampak proyek itu. Dari pembicaraan Muqowam dengan Bupati Kendal, Mirna Annisa, terungkap bahwa ada 3.073 bidang tanah di 28 desa yang harus dibebaskan demi proyek tol itu.

Muqowam mengatakan, kendala muncul karena belum ada kesepakatan soal harga lahan. “Harga yang ditawarkan belum sesuai dengan keinginan warga karena menginginkan harga tinggi, sementara harga yang diberikan pemerintah masih terlalu rendah,” katanya seperti diberitakan Radar Pekalongan.

Apalagi, katanya, lahan yang akan bebaskan untuk proyek tol Semarang-Batan itu ada yang sudah berwujud sekolah, bahkan tanah bengkok (lahan garapan sebagai pengganti gaji aparat desa, red). Menurut Muqowam, ada 89 bidang tanah bengkok desa yang dilintasi jalan tol.

“Makanya dari masalah seperti ini, pemerintah daerah harus hadir untuk membantu memberikan solusi atas permasalahan yang ada. Terutama terhadap tanah bengkok desa dan lahan sekolah serta madrasah agar tidak mengganggu proses belajar mengajar,” jelasnya.

Melihat banyaknya kendala, Muqowam memprediksikan pembebasan lahan di Kendal paling cepat selesai dua tahun. Sebab untuk madrasah, tim pembebasan lahan harus menyelesaikan penggantian lahan wakaf. Proses ganti rugi lahan wakaf biasanya memerlukan waktu cukup lama sampai dua tahun.

Sedangkan Bupati Kendal, Mirna Annisa megatakan, pembebasan lahan itu di luar tanggung jawabnya. Sedangkan terkait penyelesaian lahan bengkok desa, pihaknya tetap akan berpegang teguh pada aturan yang ada, sehingga tidak ada kesalahan dalam tukar guling tanah.

“Begitu juga dengan proyek tol yang melewati sekolah dan madrasah, harus dicarikan solusi lebih dulu. Seperti pembangunan ruang kelas, sehingga tidak mengganggu proses belajar mengaja,” katanya.(bud/ida/jpg/ara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News