KPPU Terbanyak Menangani Perkara Persekongkolan Pemenang Tender

KPPU Terbanyak Menangani Perkara Persekongkolan Pemenang Tender
Ketua KPPU, Syarkawi Rauf dan Kepala Kantor Perwakilan Daerah KPPU Surabaya, Aru Armando saat diskusi bersama jurnalis di NTT dengan tema ‘Persaingan Usaha untuk Meningkatkan Perekonomian Daerah’. Diskusi ini difasilitasi oleh PWI NTT. FOTO: Timor Express/JPNN.com

jpnn.com - KUPANG – Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menangani ribuan perkara. Dalam konteks di NTT, KPPU menyebutkan bahwa perkara yang paling banyak ditanganinya adalah persekongkolan pemenang tender pengadaan barang dan jasa pemerintah seperti tender untuk bangunan jalan dan lain-lain.

“Hampir semua perusahaan dari luar yang masuk ke NTT kemudian melakukan tindakan persekongkolan tidak sehat. Kita sudah kenakan sanksi berupa denda bagi perusahaan yang terbukti bersalah,” ujar Ketua KPPU Syarkawi Rauf saat diskusi bertajuk ‘Persaingan Usaha untuk Meningkatkan Perekonomian Daerah’ di Kupang, NTT.

Dalam diskusi yang difasilitasi oleh PWI NTT ini juga hadir Kepala Kantor Perwakilan Daerah KPPU Surabaya, Aru Armando.

Menurut Aru Armando, KPPU pernah melayangkan surat buat Pemprov NTT untuk mempertimbangkan kembali Surat Keputusan (SK) Gubernur NTT Nomor 274/kep/HK/2014 tentang perusahaan pemasok daging atau karkas ayam beku, telur ayam ras segar, telur burung puyuh segar, telur dan daging ayam olahan dan ternak babi komersial ke NTT.

Bahkan pihak KPPU langsung ke NTT dan bertemu dengan pejabat-pejabat terkait untuk berkoordinasi mengenai aturan yang dibuat Pemprov NTT.

Dalam SK tersebut, kata Aru, Pemprov NTT hanya memutuskan distributor-distributor tertentu sebagai pemasok barang tersebut. Aturan itu dibuat dengan alasan untuk menjaga agar tidak ada penyakit menular yang masuk ke NTT.

Dari pengamatan KPPU, standar-standar teknis kesehatan yang diatur Pemprov NTT perlu didorong untuk diberlakukan. Namun aturan yang ada semestinya tidak membatasi jumlah pelaku usaha sebagai pemasok.

“Aksesnya harus dibuka, sehingga pelaku-pelaku usaha bisa memasukkan komoditas ke NTT. Dengan syarat, mereka harus memenuhi standar kesehatan yang diatur. Sejauh ini, Pemprov NTT telah mengindahkan masukan-masukan kita,” katanya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News