Ternyata Mendesain Busana dari Batik itu....

Ternyata Mendesain Busana dari Batik itu....
Busana karya Natalia Soetjipto (tiga dari kanan) dan desainer lain dalam opening Surabaya Fashion Parade 2016. FOTO : Dok Jawa Pos

jpnn.com - Saat mendapat tantangan bahwa tema gelaran Surabaya Fashion Parade (SFP) 2016 adalah keanggunan batik, beberapa desainer yang ikut serta langsung stress. Hal itu terungkap dalam sesi pressconference kemarin (11/5).

Mendesain batik memang memiliki tantangan tersendiri. Menurut Elizabeth Njo May Fen, tantangan utama terletak pada ukuran kain batik yang sudah paten dari pengrajin. "Padahal membuat gaun itu kan butuh kain yang tidak sedikit, jadi cukup sulit memadupadankannya. Beda dengan kain biasa yang memiliki corak yang sama," jelas perempuan yang akrab disapa Afen itu, yang kemarin menggunakan batik Pamekasan sebagai bahan utama gaunnya.

Hal senada juga dikatakan oleh Natalia Soetjipto. "Jika dibandingkan dengan membuat gaun dari kain jenis lain, batik memang cukup membuat pikiran bekerja lebih keras," katanya lantas tertawa.

Hal itu tak lepas dari motif batik tulis yang memang signature. Sehingga tidak bisa sama persis antara satu dengan yang lainnya. "Kesulitan lain adalah memanfaatkan bidang batik yang kebanyakan hanya berukuran 2 X 1,1 meter saja," jelas dia.

Nah, untuk menyiasatinya, beberapa desainer mengaku melakukan trik sulap atau memadupadankan batik dengan bahan lain agar tetap bisa tampil indah. "Dengan kesuksesan membuat busana batik yang indah ini, kami ingin kain khas Indonesia ini menjadi bahan utama lagi di gelaran SFP tahun depan," kata Dian Apriliana, Promotions Manager TP selaku penggagas acara. (jpnn/pda)

 


Saat mendapat tantangan bahwa tema gelaran Surabaya Fashion Parade (SFP) 2016 adalah keanggunan batik, beberapa desainer yang ikut serta langsung


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News