Obama Peringatkan Presiden Pendukung Hukuman Mati

Obama Peringatkan Presiden Pendukung Hukuman Mati
Capres Filipina Rodrigo Duterte. Foto: Bloomberg

jpnn.com - WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama memberi ucapan selamat untuk kemenangan Rodrigo Duterte dalam pemilihan presiden (pilpres) Filipina lewat sambungan telepon. Obama menelepon sang presiden terpilih meski belum resmi diumumkan.

''Ini adalah pemerintahan baru. Kami ingin mendengar langsung dari mereka apa saja yang menjadi prioritas mereka,'' kata Ben Rhodes, wakil penasihat keamanan nasional presiden, tentang perbincangan telepon Obama dengan Duterte.

Tidak sekadar memberikan selamat, Obama juga berbicara tentang hak asasi manusia (HAM). Tentu saja, hal itu dilakukan karena Duterte yang ambisius menumpas kriminalitas memilih untuk mengesampingkan HAM.

Dalam pidato perdananya setelah pencoblosan, Duterte menegaskan kembali program kontroversialnya untuk melibas para pelaku kriminalitas. Dia berjanji membebaskan Filipina dari kriminalitas dalam enam bulan pertama pemerintahannya. Jika gagal, Duterte bahkan menegaskan siap mundur. Seperti yang diterapkannya di Kota Davao sebagai wali kota, politikus 71 tahun itu akan mengabaikan HAM demi kesuksesan programnya.

''Lupakan Undang-Undang HAM,'' ujarnya tentang program pemberantasan kriminalitas tersebut di hadapan sekitar 300 ribu orang dalam rangkaian kampanyenya awal bulan lalu.

Komentar kontroversial itu lantas disusul penjabaran Duterte tentang death squad, pasukan yang berhak menembak mati pelaku kriminalitas. Aksi itulah yang menuai kontroversi. Sebab, Duterte bak melegalkan pembunuhan untuk menghe­ntikan kejahatan.

Latar belakang itulah yang membuat Obama lantas mengontak pengganti Presiden Benigno Aquino III alias Noynoy tersebut. Salah satu pesan yang ditegaskan Obama kepada mitra barunya itu adalah penegakan hukum dan HAM. ''Presiden (Obama, Red) menggarisbawahi nilai-nilai utama yang menjadi dasar hubungan baik dua negara. Di antaranya, demokrasi, HAM, penegakan hukum, dan pertumbuhan ekonomi,'' ungkap Rhodes.

Setelah perbincangan telepon dua tokoh dunia itu, Gedung Putih merilis pernyataan tertulis. ''Dua pemimpin sepakat untuk me­lanjutkan hubungan baik yang telah terjalin dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip yang selama ini disepakati bersama,'' terangnya.

Sebelumnya, Duterte sempat menyebut tentang perubahan kebijakan Filipina di bawah pemerintahan baru nanti. Salah satunya soal hubungan dengan AS. (AFP/Reuters/CNN/hep/c5/any/flo/jpnn)



Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News