Ini Alasan Siswa Mengadang Kereta Api di Stasiun Gubeng

Ini Alasan Siswa Mengadang Kereta Api di Stasiun Gubeng
Kereta api. Foto: dok.JPNN

jpnn.com - SURABAYA-- Siswa SMAN 5 Surabaya, Alvin Ananda Siregar berdiri di tengah rel kereta api Stasiun Gubeng kemarin sambil merentangkan tangan. Dia terlihat seperti akan bunuh diri. Namun, Alvin membantah hal itu.

Sang Ibu, Machurullydia mengatakan, anaknya baik-baik saja saat diantar ke sekolah. Apalagi, Alvin akan menghadapi ujian di sekolah, kemarin.

 Dia terkejut mendapat kabar anaknya yang baru saja tertabrak kereta api. Perempuan yang akrab disapa Lusi tersebut bahkan masih tidak ngeh mengapa anak semata wayangnya bisa sampai rumah sakit. ''Saya sendiri yang nganter sampai di depan sekolah,'' jelas Lusi kepada Jawa Pos kemarin.

Perasaanya makin kalut saat pihak sekolah membawa kabar serupa. Tanpa berpikir lama, perempuan berambut pirang itu langsung menuju RSUD dr Soetomo untuk melihat kondisi anaknya yang sudah diserempet kereta api. Matanya pun langsung berkaca-kaca setiba di rumah sakit. Batinnya terguncang ketika melihat tubuh Alvin penuh luka. Perban untuk menutup jahitan di kepala Alvin makin membuat Lusi menangis keras. ''Anak saya kenapa?'' teriaknya histeris.

Alvin yang masih sadar langsung berusaha menenangkan ibunya. Beberapa perawat, dokter, dan perwakilan SMAN 5 juga berusaha memberikan penjelasan kepada Lusi. ''Saya makin shock saat diberi tahu bahwa anak saya habis tertabrak kereta api,'' terangnya.

Lusi juga menerima kabar bahwa anaknya itu mencoba bunuh diri. Orang awam yang melihat sepintas memang mengira bahwa Alvin bunuh diri. Gerak-geriknya sebelum tertabrak kereta api pun menunjukkan gelagat ingin bunuh diri. Namun, Lusi sangat tidak percaya si anak melakukan tindakan bodoh seperti itu.

Kabar usaha bunuh diri tersebut juga langsung terbantahkan saat Alvin bisa bercerita kepada Lusi. Alvin mengungkapkan bahwa tindakan itu dilakukan di luar kesadaran. Pikirannya kosong. Pandangan Alvin juga gelap saat itu. ''Dia malah tanya tadi, kenapa aku bisa ada di sini. Dia tidak ingat apa-apa, pas menghubungi saya itu juga tidak sadar,'' terang Lusi.

Perempuan berusia 54 tahun tersebut menjelaskan, anaknya mengaku tidak ingat apa-apa sejak masuk koridor SMA Negeri 5. Sebenarnya selama ini Alvin dikenal sebagai anak yang baik. Bahkan, dia tidak pernah mempunyai masalah di sekolah ataupun di rumah, terutama perihal kondisi psikologis. Sehari-hari Alvin disibukkan dengan bermain basket dan belajar.

Tetapi, Lusi ingat akhir-akhir ini anaknya sering mengeluh takut menghadai ujian akhir semester yang mulai diadakan kemarin. Alvin khawatir tidak mampu mengerjakan soal-soal dan mendapat nilai paling jelek di kelasnya. ''Dia memang agak murung akhir-akhir ini. Saya tanya, ternyata mikir ujian sekolah,'' ungkap Lusi.

Kemurungan itu juga pernah dialami Alvin saat masa unas SMP dulu. Untungnya, Lusi cepat tanggap. Dia berdiskusi dengan Alvin sambil minum es krim waktu itu. ''Saya jelasin baik-baik bahwa Alvin pintar, pasti bisa lolos unas. Dia langsung semangat waktu itu,'' kenangnya.

Ditanya tentang masalah lain, Lusi menegaskan bahwa anaknya baik-baik saja. Faktor takut meng­hadapi ujian saja yang membuat Alvin stres hingga tidak ingat menabrakkan diri ke kereta api. ''Saya yakin cuma takut ujian. Mungkin dia takut nilainya jelek di kelas,'' tegas Lusi. (did/rid/c14/fat/flo/jpnn)



Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News