Kisah Mualaf, Terpukau Kisah Nabi Muhammad

Kisah Mualaf, Terpukau Kisah Nabi Muhammad
Ilustrasi. Foto: dok.JPNN

jpnn.com - Meliani Theresia selalu menanti datangnya Ramadan. Bagi ibu satu anak itu, bulan suci Ramadan adalah ladang amal bagi seluruh umatnya. Sebanyak-banyaknya dia menambah ibadah dan membaca Alquran.

Meli, sapaan akrabnya, jatuh cinta pada Alquran sejak belum berikrar menjadi seorang muslim. Dia terkesan pada kisah Nabi Muhammad.

''Saya suatu hari diminta teman membaca Alquran. Dari situ, saya membacanya dan berkesimpulan ini kitab yang sungguh luar biasa,'' tutur perempuan asli Jember yang menjadi mualaf pada 2008 itu.

Sejak itu, dia bertekad memperdalam pengenalan terhadap Alquran. Dia belajar Alquran kepada ustad dan bertanya kepada beberapa temannya. Pengajian pun kerap dikunjungi. ''Pertama, saya baca terjemahannya karena belum pernah membaca huruf-huruf Alquran,'' ungkapnya.

Meski sempat merasa kesulitan di awal, tekad Meli untuk membaca dan mendalami Alquran tidak pernah surut. Dia mengatur cara sendiri. ''Saya mengumpulkan suara murotal Alquran. Saya putar setiap hari untuk mengetahui bacaannya dan menghafalnya,'' terangnya.

Tak heran, hingga saat ini Meli telah berkali-kali mengkhatamkan Alquran. Di bulan Ramadan ini, Meli meluangkan lebih banyak membaca Alquran daripada hari biasa.

 ''Hari biasa saya membaca hanya malam Jumat, surah Al Kahfi. Di bulan puasa ini, saya usahakan membaca setiap hari setelah salat Subuh,'' papar perempuan kelahiran 1980 tersebut.

Ibadah sunah lain dijalankan Meli selama Ramadan. Dia mengusahakan salat Tahajud, Tarawih, dan Duha setiap hari. Meski sibuk mengurus anak, dia tetap bangun untuk salat Tahajud.

 ''Pokoknya, di bulan Ramadan saya menghindari tidur,'' katanya.

Banyak pengalaman Meli selama menjadi mualaf. Saat awal menjadi muslimah, dia dijauhi keluarga. Meli memutuskan tinggal di kos. ''Saat itu nggak bawa baju banyak, apalagi sekadar handuk,'' kenangnya.

Esoknya, seorang teman kerjanya mengajaknya ikut arisan. ''Saya iyakan saja. Nggak tahunya, saya mendapat door prize. Saat saya buka di kosan, ternyata isinya handuk. Saat itu saya meneteskan air mata merasa terharu,'' kisahnya.

Bagi orang lain, hal tersebut terlihat sepele. Tetapi, Meli menganggapnya sebagai doa yang dikabulkan. ''Saya merasa dibukakan jalan kemudahan,'' tuturnya.

Dia menyatakan, menjadi seorang muslim menjadikan hatinya lebih tenteram. ''Kalau kesulitan apa-apa, saya salat dan minta sama Allah,'' ujarnya.

Meli mulai mengenalkan Islam kepada anaknya. Misalnya, dimulai dari ibadah sehari-hari seperti salat.

''Saya kalau mau salat selalu pamit sama anak saya. Misalnya bilang, 'Mama salat dulu ya, Nak','' tuturnya. Lambat laun, putrinya yang baru berusia 1 tahun tersebut mengikutinya.

''Anak itu kan mudah meniru. Jadi, sebisa-bisanya saya ingin memberikan contoh yang baik,'' ujarnya. Meli terus berusaha memperbaiki ibadahnya. Bukan hanya itu, dia juga berniat mengenakan hijab sambil terus belajar agama. (ara/c19/nda/flo/jpnn)



Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News