Waspada! Kenaikan Debit Air Serayu Sulit Diduga

Waspada! Kenaikan Debit Air Serayu Sulit Diduga
Sungaii Serayu di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Foto: Radar Banyumas/JPG

jpnn.com - PURWOKERTO – Hujan yang terus mengguyur wilayah Banyumas dan sekitarnya membuat debit Sungai Serayu meningkat. Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) Serayu-Citanduy mencatat debut air Sungai Serayu pada Minggu (19/6) sempat mencapai 1.804,6 meter kubik per detik pada pukul 11.00.

Menurut Dijelaskan Kasi Operasional dan Perawatan BPSDA Serayu Citanduy Arif Sugiarto, angka itu  meningkat jika dibandingkan pengukuran pada pagi hari yang mencapai 1.680,01 meter kubik per detik. Meski demikian, pada pukul 15.00, debit Sungai Serayu kembali menurun di angka 1.446,1 meter kubik per detiknya.

“Jika dibandingkan pekan lalu, peningkatan debit kali ini memang masih lebih rendah. Hanya saja kewaspadaan sangat perlu ditingkatkan, terutama di wilayah selatan Jawa dan wilayah sekitar sungai,” ujarnya seperti dikutip Radar Banyumas.

Untuk diketahui, debit normal Sungai Serayu hanya di kisaran 423 meter kubik per detik. Karenanya peningkatan debit ait itu memang cukup signifikan.

Arif menhelaskan, berdasarkan indikator yang ada, elevasi Sungai Serayu yang terjadi kemarin masuk dalam kategori Awas. Sebab, ketinggian air sebelum melewati pintu air (upstream) mencapai 11,80 meter. Sedangkan downsteram elevasi di bendung gerak mencapai 9,00 meter.

Namun dengan cuaca ekstrem yang melanda Kabupaten Banyumas selama beberapa hari terakhir ini, kondisi Sungai Serayu pun dianggap bahaya. Oleh karena itu segala aktivitas di sekitar Serayu terutama penambangan, untuk sementara dihentikan. Pasalnya, debit airnya sungai yang berhulu di lereng Gunung Slamet itu sangat sulit diprediksi.

Sedangkan Koordinator Taruna Siaga Bencana (Tagana) Banyumas, Heriana Adi Chandra mengatakan, kondisi cuaca saat ini semakin sulit diprediksi. Merujuk pada prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), pada Juni ini seharusnya sudah memasuki kemarau. Namun, nyatanya justru masih sering turun hujan.

Karenanya Adi mengatakan, perlu jalur komunikasi cepat untuk menyebar informasi cuaca. “Bila langit mendung sebisa mungkin masyarakat harus menghindari sungai,” ujarnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News