Ketahui Bahaya Menjadi Workaholic

Ketahui Bahaya Menjadi Workaholic
Ilustrasi. Foto abmfederal

jpnn.com - BANYAK dari kita yang kerap menghabiskan waktu di ruang kerja. Keseimbangan hidup, memang tak cukup bila hanya menghabiskan waktu dengan bekerja.

Manusia adalah makhluk sosial, bukan pekerja. Ada kalanya kita membutuhkan lingkungan untuk terus bisa berkembang, tanpa terus menerus terpaku dengan pekerjaan.

Namun sayangnya, beberapa orang lebih senang terus berkutat dengan pekerjaan hingga menjadi workaholic. Sebuah studi baru menyatakan, pecandu kerja lebih mungkin menderita gangguan kejiwaan yang serius, seperti obsesif-kompulsif, kecemasan dan depresi.

Para peneliti dari University of Bergen di Norwegia, mensurvei lebih dari 16 ribu orang dewasa yang bekerja.

Begitu mereka akan memisahkan pecandu kerja dari non-pecandu kerja, para peneliti menemukan, bahwa workaholics mengalami gangguan kejiwaan jauh lebih cepat daripada non-pecandu kerja.

Misalnya, hampir 33 persen dari pecandu kerja memiliki ADHD (obsessive-compulsive disorder, anxiety and depression), dibandingkan dengan sekitar 13 persen dari non-pecandu kerja.

Hampir 26 persen dari pecandu kerja melaporkan memiliki gangguan obsesif-kompulsif. Sementara sekitar sembilan persen dari non-pecandu kerja melaporkan hal yang sama. Kemudian, sebanyak 34 persen dari pecandu kerja memenuhi kriteria kecemasan, dibandingkan dengan 12 persen dari non-pecandu kerja.

Dan sembilan persen dari pecandu kerja mengalami depresi, sementara hanya tiga persen dari non-workaholics mengalami depresi.

BANYAK dari kita yang kerap menghabiskan waktu di ruang kerja. Keseimbangan hidup, memang tak cukup bila hanya menghabiskan waktu dengan bekerja.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News