Kisah Mesra Pelaut Makassar dan Orang Aborigin pada Masa Lalu

Kisah Mesra Pelaut Makassar dan Orang Aborigin pada Masa Lalu
Kisah Mesra Pelaut Makassar dan Orang Aborigin pada Masa Lalu

Wartawan Kompas.com, Caroline Damanik, telah meliput ke berbagai pelosok Australia pada rentang 14 Mei - 15 Juni 2016 atas undangan ABC Australia Plus. Simak setiap hari selama sebulan ke depan puluhan artikel menarik lainnya yang telah disiapkan terkait jelajah Australia di Kompas.com atau ikuti Topik Pilihan "Jelajah Australia 2016"  dari komputer atau gawai Anda.

Arnhem Land menyimpan segudang cerita mesra dari masa lalu antara suku Yolngu, penduduk Aborigin yang berdiam di timur laut Australia, dan para pelaut asal Makassar.

Memori tentang hubungan dagang dan interaksi budaya diceritakan turun-temurun secara lisan hingga kemudian dicatat sebagai sejarah yang kerap dibahas di berbagai forum akademik.

Kisahnya lalu menyisakan rindu yang terus meraung di sanubari keturunan penduduk asli Australia ini.

Embusan angin, debur ombak di sepanjang pantai di Arnhem Land, dan binar mata anak cucu suku Yolngu setia menyanyikan nostalgia tentang para pria pemberani dari Nusantara yang suka berdagang.

***

Bagi suku Yolngu yang tinggal di Arnhem Land, orang Indonesia bukanlah kawan baru.

Jauh sebelum Australia terbentuk, bahkan sebelum Matthew Flinders tiba di daratan negeri Kangguru itu, para pelaut dari Nusantara sudah tiba di Arnhem Land dengan kapal pinisi.

Sejarah mencatat, para pelaut asal Makassar itu bertemu dan memulai kontak dengan suku Yolngu menjelang akhir abad ke-17. Masyarakat Yolngu menyebut para pelaut dari Makassar ini sebagai Mangathara, sedangkan pelaut dari Makassar menyebut Arnhem Land sebagai Marege.

Wartawan Kompas.com, Caroline Damanik, telah meliput ke berbagai pelosok Australia pada rentang 14 Mei - 15 Juni 2016 atas undangan ABC Australia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News