Rutan ini Makin Parah, Napi Berdesak-Desakan

Rutan ini Makin Parah, Napi Berdesak-Desakan
Rutan Medaeng, Surabaya. Foto: dok. Jawa Pos/JPNN

SURABAYA - Kondisi di Rutan Kelas I Surabaya (Medaeng) benar-benar sulit ditangani. Overkapasitas yang terjadi sudah tidak terbendung. Persentasenya pun selalu tinggi. Penjara dengan daya tampung 504 orang itu kemarin (24/7) diisi 2.115 tahanan dan narapidana (napi).

Kepala Rutan Kelas I Surabaya Jumadi mengaku telah berupaya maksimal mengurangi tingkat kelebihan kapasitas. Tiap pekan napi sudah dipindahkan ke lembaga pemasyarakatan (lapas). Contohnya, Kamis pagi (21/7), dia memindahkan 30 napi ke Lapas Pamekasan. Dalam sekali pemindahan, bus lapas memang hanya cukup menampung 30 orang. Padahal, jumlah napi yang bisa dipindah bisa lebih.

''Proses layar (pemindahan) penghuni rutan memang terkendala terbatasnya kendaraan,'' ujarnya.

Terlebih satu-satunya sarana transportasi yang dimiliki rutan untuk memindahkan napi juga sudah ''uzur''. Tidak bisa dipaksa tiap hari memindahkan pelaku tindak pidana.

Minimnya jumlah napi yang dipindah tidak sebanding dengan jumlah tahanan baru yang masuk ke rutan. Sekali ada pelimpahan dari jaksa dan polisi, rutan biasanya menerima 40-50 tahanan. Bahkan, jumlah tahanan anyar bisa mencapai angka ratusan saat libur panjang. Kondisi itu membuat jumlah penghuni rutan tidak pernah berkurang.

''Penghuni yang masuk dengan yang keluar tidak seimbang,'' kata Jumadi.

Saat Lebaran lalu, rutan sebenarnya telah memindahkan napi dalam jumlah besar. Dalam kurun sebulan, ada sembilan kali pemindahan. Jika sekali pemindahan ada 30 napi yang dibawa, total penghuni yang dipindah dari rutan 270 orang. Jumlah yang cukup banyak.

Kenyataannya, meski banyak napi yang dilayar, tetap saja kondisi rutan overkapasitas. Para penghuni pun harus berdesak-desakan di bui. Sebagian besar di antara mereka juga harus rela tidur di luar sel. Contohnya, penghuni di blok A, B, dan W yang sudah lebih dari sewindu bermalam di teras blok.

Untuk mengatasi overkapasitas di Rutan Medaeng, pembangunan khusus untuk penghuni perempuan sebenarnya sudah digagas. Rencana awal, penjara untuk kaum hawa itu mulai dibangun April lalu.

Namun, agenda tersebut diputuskan mundur hingga Juli. Sayang, hingga kemarin tidak ada tanda-tanda pembangunan. Kabarnya, realisasi pembangunan kembali ditunda sampai tahun depan.

Meski demikian, Kemenkum HAM tetap berupaya agar pembangunan segera berjalan. Dukungan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sangat diperlukan demi berdirinya lapas anyar.

Kini penjara yang sebagian besar penghuninya merupakan warga Surabaya itu memang tidak berada di wilayah Kota Pahlawan. Rutan Kelas I Surabaya terletak di Medaeng, Waru, yang masuk wilayah Sidoarjo.

Begitu juga Lapas Kelas I Surabaya. Lokasinya berada di Porong, Sidoarjo. Lahan untuk penjara di Surabaya belum ada. Dulu di Kota Pahlawan ada Penjara Kalisosok. Kini penjara tersebut sudah tidak digunakan.

Sekitar 2000-an seluruh penghuni dipindah ke Lapas Porong dan Rutan Medaeng. Akibatnya, kondisi rutan dan lapas kini penuh sesak. Tahanan dan napi yang mendekam di bui didominasi warga Surabaya. (may/c15/fat/flo/jpnn)


SURABAYA - Kondisi di Rutan Kelas I Surabaya (Medaeng) benar-benar sulit ditangani. Overkapasitas yang terjadi sudah tidak terbendung. Persentasenya


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News