Rumah Dibakar dan Harta Dijarah, Pengungsi Mimika Enggan Pulang

Rumah Dibakar dan Harta Dijarah, Pengungsi Mimika Enggan Pulang
Pengungsi Mimika. Foto: Cendrawasih Pos/Jawa Pos/JPG

SENTANI -Warga Mimika, Papua belum merasakan ketenangan saat ini. Itu dirasakan setelah terjadi perang suku pada Minggu (24/7). Sebanyak 346 jiwa di antara 114 kepala keluarga di Kampung Yile-Yale, Distrik Kwamki Narama, Kabupaten Mimika, terpaksa mengungsi karena peristiwa itu.

Mereka memilih mengungsi menggunakan pesawat terbang dengan tujuan Sentani, Kabupaten Jayapura. Mereka sementara tinggal di tenda-tenda pengungsian yang dibangun di Polomo Sentani Kota.

"Kami mengungsi ke Jayapura sejak Senin karena di Mimika tidak aman dan tidak mendapat perhatian dari pemerintah," ungkap Koordinator Pengungsi Jhon Wonda saat ditemui di kamp pengungsian di Polomo Sentani.

Pihaknya berharap mendapatkan perhatian dari pemerintah Provinsi Papua dan DPRP Papua. Sebab, rumah mereka telah dibakar dan harta benda pun dijarah suku lain.

Menurut Jhon, 346 warga Mimika datang mengungsi ke Jayapura dengan membeli tiket sendiri tanpa bantuan dari pemerintah setempat. Mereka mengutamakan anak-anak, ibu-ibu, dan orang tua. Tujuannya, supaya mereka aman.

"Pemuda dan bapak-bapak sementara berada di tempat pengungsian di SP-III. Untuk makan, kami dapat dari keluarga yang di Sentani," jelasnya.

Sementara itu, salah seorang warga yang ikut mengungsi, Mira Wonda, mengaku, sejak peristiwa perang suku, ibu-ibu dan anak-anak yang mengungsi menolak kembali ke kampung halaman. Meski, perang suku selesai. Sebab, semua rumah dan harta benda mereka di kampung halaman habis dibakar.

"Kami tidak punya tempat tinggal lagi. Kalau pun kami pulang, pemerintah harus memfasilitasi dan memastikan bahwa perang suku tidak terjadi lagi," ujarnya.

Bupati Jayapura Mathius Awoitauw menyatakan, belum ada komunikasi antara Pemerintah Kabupaten Mimika dengan Pemda Kabupaten Jayapura soal warga yang mengungsi di Kota Sentani. (bet/tri/JPG/c5/diq/flo/jpnn)

 


SENTANI -Warga Mimika, Papua belum merasakan ketenangan saat ini. Itu dirasakan setelah terjadi perang suku pada Minggu (24/7). Sebanyak 346 jiwa


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News