Simak! Ini Cara Hadapi Serangan Jantung

Simak! Ini Cara Hadapi Serangan Jantung
Ilustrasi. Foto:Yahoo Health

jpnn.com - SURABAYA – Tak banyak orang tahu cara menghadapi kasus gawat darurat seperti serangan jantung. Akibatnya serangan jantung sering berakhir dengan kematian. Padahal, dengan pertolongan dasar, nyawa penderita bisa diselamatkan.

Caranya dengan melakukan basic life support (BLS). Karena itu, ratusan orang mengikuti pelatihan BLS di atrium Grand City kemarin. Mereka berlatih pijat jantung secara bergantian dengan menggunakan boneka yang telah dipersiapkan.

''Menyelamatkan orang bukan hanya tugas dokter. Masyarakat juga bisa berperan,'' ujar Prof Eddy Rahardjo SpAn KIC, pelatih BLS.

 Menurut dia, jika menemukan seseorang yang tiba-tiba jatuh tidak sadarkan diri, orang terdekat adalah harapan satu-satunya. Agar bisa mempertahankan hidup si korban, siapa pun diharapkan memiliki kemampuan pertolongan dasar.

Langkah melakukan BLS cukup mudah. Tidak perlu menunggu dokter. Caranya, pijat jantung dengan kuat. Hitungannya 100 kali per menit. Tangan ditempatkan di tengah dada.

''Segera pijat, jangan pakai lama. Lama pijat tidak ada batasan, sampai jantung berdenyut lagi,'' ucap Eddy.

Dokter berusia 68 tahun itu mengungkapkan, BLS terbukti bisa mencegah kematian dini. Dia mencontohkan kasus di Norwegia. Seorang balita bisa diselamatkan meski sudah 30 menit tenggelam. Tindakan itu bisa dilakukan pada semua kasus gawat darurat.

Misalnya, serangan jantung, stroke, alergi berat, tersedak, tenggelam, dan tersengat listrik. Nah, selama BLS dilakukan, pihak rumah sakit harus tetap dihubungi. Tujuannya, ada perawatan lebih lanjut.

''Dengan pelatihan seperti ini, kita semua berharap Surabaya bisa menjadi kota ramah dan mampu BLS,'' katanya.

Pelatihan BLS itu sudah dilaksanakan beberapa kali. Penyelenggaranya adalah Departemen Anestesiologi dan Reanimasi RSUD dr Soetomo-FK Unair, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya, Perkumpulan Masyarakat dan Pengusaha Indonesia Tionghoa (Permit) Jatim, serta tabloid Nyata (Jawa Pos Group).

 Selain itu, ada keterlibatan Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesi dan Terapi Intensif Indonesia (Perdatin) Jatim serta Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiologi Indonesia (Perki) Surabaya.

Sementara itu, dr Soni Sunarso Sulistiawan SpAn menambahkan, kejadian kegawatdaruratan sekarang semakin banyak. Masalahnya, jumlah dokter dengan pasien yang perlu ditolong tidak seimbang. Dia mencontohkan, hanya ada satu dokter anestesi untuk menangani 100 ribu penduduk.

 ''Makanya, tugas dokter menyelamatkan pasien ini perlu dibantu. Jangan sampai cuma menonton dan tidak tahu apa yang dilakukan,'' ungkapnya.

Menurut Soni, langkah utama pada BLS memang pijat jantung. Selain itu, diperlukan bantuan pernapasan. Selama tindakan, kaki pasien harus diangkat. Tujuannya, aliran darah hasil pijatan tidak lari ke kaki, tapi ke otak.

Selanjutnya, memasang alat kejut jantung automatic external defibrillator (AED) yang biasanya tersedia di area publik seperti bandara. Alat tersebut ditempel di dada. Alat itu dapat mengeluarkan suara yang bisa memandu penggunanya.

Di sisi lain, Dr dr Yudi Her Oktaviono SpJP (K) FIHA menyebutkan, kasus kematian dengan korban tidak sadarkan diri lebih sering disebabkan jantung koroner. Yakni, mencapai 80 persen. Sebagai langkah pertolongan, BLS harus segera dilakukan.

SURABAYA – Tak banyak orang tahu cara menghadapi kasus gawat darurat seperti serangan jantung. Akibatnya serangan jantung sering berakhir dengan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News