Kalau Dada ini Dibelah, Isinya Merah Putih

Kalau Dada ini Dibelah, Isinya Merah Putih
Kalau Dada ini Dibelah, Isinya Merah Putih

jpnn.com - Ini ke sembilan kalinya Oei Chen Lia mengikuti upacara bendera. Langkah kaki perempuan yang memiliki nama lain Melia Wijaya itu tetap semangat, meski usia lebih tua dari Republik yang dicintainya. Sejak sehari sebelum hari kemerdekaan, Cik Mel, begitu dia biasa disapa oleh teman-temannya, sudah sibuk melakukan berbagai persiapan.

”Kemarin pagi saya membuat kue dulu untuk dibagikan ke acara tirakatan di kampung,” ujar warga  Kapasari, Surabaya.

Bagi Melia, mengikuti upacara bendera adalah kebahagiaan tersendiri. Makanya, setiap ada undangan untuk upacara, dia tidak pernah absen. ”Bahkan, pernah dua tahun lalu, saya lagi sakit tipes, ya saya tetap bela-belain datang. Wong hanya upacara saja. Dulu pahlawan kita malah berperang,” kata perempuan yang memiliki usaha kuliner itu.

Setiap tahunnya, bersama ribuan warga lain, Melia mengikuti upacara bendera di lapangan parkir Pasar Atom Mal yang tak jauh dari rumahnya. Dengan hadir menyaksikan langsung upacara bendera, Melia merasakan kecintaan dan rasa nasionalismenya pada Indonesia semakin tumbuh.

Hadir di acara resmi kenegaraan baginya dan juga bagi warga Tionghoa lainnya adalah wujud menunjukkan ke-Indonesia-an. ”Saya yang warga keturunan gini, dulu mana boleh ikut upacara. Padahal kami juga sama-sama orang Indonesia. Orang boleh teriak-teriak kami warga keturunan, tapi kalau dada ini dibelah, isinya merah putih. Emang garis keturunan itu kita yang minta? Saya mau lahir dari perempuan Cina, India, atau Arab? Kan tidak!” ujar Melia mantap.

Senada dengan Melia, alasan nasionalisme juga melandasi hadirnya ribuan orang di pagi hari itu untuk upacara bendera. ”Setiap hari kita cari makan dan hidup di Indonesia, jadi wajar, atas nama cinta negara, kami datang pagi-pagi untuk upacara,” kata peserta upacara lainnya, Liem Sunjoto.

Liem yang datang bersama istri dan anak mantunya mengaku selalu mengosongkan jadwal saat hari kemerdekaan tiba. Meski tanggal merah, dia memilih untuk tidak berlibur ke luar kota. ”Ini agenda wajib setiap tahun,” kata pengusaha perhiasan itu.

Menurut Eunice Sutandio, Promotion Manager Pasar Atoom Mal, antusiasme masyarakat untuk ikut upacara bendera sangat tinggi. Tahun ini total peserta mencapai lebih dari 3500 orang. Dalam pelaksanaan upacara, manajemen mal bekerjasama dengan Paguyuban Masyarakat Tionghoa Surabaya. ”Ini agenda rutin tahunan yang sudah lama kita laksanakan,” jelas dia. (JPNN/pda)


Ini ke sembilan kalinya Oei Chen Lia mengikuti upacara bendera. Langkah kaki perempuan yang memiliki nama lain Melia Wijaya itu tetap semangat, meski


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News