Ke Danau Toba, Delegasi Pemerintah Pusat Disambut Kepala Bandit

Ke Danau Toba, Delegasi Pemerintah Pusat Disambut Kepala Bandit
Danau Toba tempo doeloe. Foto: Arsip Nasional Belanda.

jpnn.com - DANAU TOBA pernah jadi markas para bandit kota Medan semasa perang kemerdekaan Indonesia (1945-1949). Mereka menempati vila dan bungalow-bungalow mewah peninggalan tuan kumpeni. Pimpinannya bernama Timur Pane. 

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network

Prapat, 15 Juli 1947. Malam sudah larut ketika Muhammad Radjab, wartawan Kantor Berita Antara tiba di Danau Toba. Radjab yang datang bersama tiga wartawan lainnya merupakan delegasi pemerintahan pusat; Kementerian Informasi Republik Indonesia yang berkedudukan di Yogyakarta. 

"…tidak ada yang tampak selain bukit-bukit yang hitam. Air danau hampir tak kelihatan. Yang terdengar hanyalah riak-riak yang bergelut dan berdesir di tepi. Dalam gelap dan malam yang sejuk itu, ingatan hanyalah ingin tidur," tulis Radjab dalam buku Tjatatan di Sumatera.  

Esok paginya, Radjab yang terkagum-kagum dengan keindahan Danau Toba menulis:

"Kita tercengang melihat kebesaran dan keluasan mukanya yang seperti cermin raksasa biru…gunung yang hijau kebiru-biruan di atasnya…anting-anting zamrud besar yang tergantung di leher Sumatera. Di depan kita terbentang pula Pulau Samosir yang curam tebingnya…lenyap segala kemasygulan dan kesedihan hidup yang dialami selama bertahun-tahun di Jawa."

Markas Timur Pane

Berdasarkan pandangan matanya, Radjab menggambarkan, saat itu vila dan bungalow yang banyak bertaburan di Prapat dihuni oleh pasukan Mayor Jenderal Timur Pane--satu di antara lakon yang menginspirasi Asrul Sani membuat film Naga Bonar.

DANAU TOBA pernah jadi markas para bandit kota Medan semasa perang kemerdekaan Indonesia (1945-1949). Mereka menempati vila dan bungalow-bungalow

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News