Tiongkok Merajalela, Produsen Baja Indonesia Ogah Ekspor ke Vietnam
jpnn.com - SURABAYA – Vietnam memang sudah menghapus bea masuk 23,3 persen komoditas itu dari Indonesia. Namun, salah satu produsen baja PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDS) belum berniat memperluas ekspor ke Vietnam.
GDS menilai pasar baja Vietnam saat ini dibanjiri produk Tiongkok dengan harga jauh lebih rendah.
Direktur PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk Hadi Sutjipto menyatakan, kedekatan jarak antara Vietnam dan Tiongkok lebih mempermudah perdagangan antarmereka.
’’Vietnam bisa mengambil baja dari Tiongkok melalui jalur darat. Kalau impor dari Indonesia, jalurnya lebih jauh,” katanya di Surabaya kemarin (25/8). Dia menambahkan, produk baja dari Indonesia saat ini sulit meningkatkan kapasitas ekspor ke negara lain.
Kontribusi penjualan ekspor GDS hanya mencapai 6–7 persen di antara total penjualan. Padahal, pada awal tahun, Hadi mencanangkan untuk meningkatkan kontribusi ekspor pada angka 20 persen.
’’Beberapa negara tujuan ekspor seperti Meksiko, Taiwan, Australia, India, maupun Thailand memberlakukan antidumping. Ditambah gempuran baja dari Tiongkok,” imbuhnya.
Berdasar data Badan Pusat Statistik yang diolah Kemendag, nilai ekspor baja Indonesia ke Vietnam pada 2015 mencapai USD 216 ribu dengan volume 133 ton. Jumlah tersebut meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya USD 42 ribu atau 16 ton.
Kemendag mencatat, kontribusi impor produk baja ke Vietnam dari Indonesia masih berada di bawah tiga persen di antara total volume impor baja Vietnam.
SURABAYA – Vietnam memang sudah menghapus bea masuk 23,3 persen komoditas itu dari Indonesia. Namun, salah satu produsen baja PT Gunawan Dianjaya
- Bank Mandiri Taspen Umumkan Para Pemenang Undian Bertabur Hadiah Rp900 Juta
- Lewat Inovasi Angkutan Open Side Container, KAI Logistik Tingkatkan Performa
- Barang Impor Murah Jadi Masalah, Pemerintah Perlu Lakukan Hal Ini
- Tebar Berkah Ramadan, Mandiri Group Santuni 57.000 Anak Yatim dan Duafa
- Bea Cukai Lepas Ekspor Kabel Fiber Optik dari KEK Kendal
- Perputaran Uang Selama Idulfitri Diperkirakan Mencapai Rp 157,3 Triliun