Jangan Percaya Telepon Mengaku Anak Kecelakaan atau Ditangkap Polisi!

Jangan Percaya Telepon Mengaku Anak Kecelakaan atau Ditangkap Polisi!
Ilustrasi. Foto: dok.JPNN

SURABAYA—Mungkin beberapa di antara Anda pernah menjadi korban penipuan melalui telepon. Kini, penipuan dengan memanfaatkan sisi emosional korban itu kembali marak. Tujuannya, korban terlena dan mengirim sejumlah uang.

Penipuan melalui telepon dialami banyak kalangan tanpa pandang bulu. Pelaku menyasar korban secara acak. Dia belum tentu mengenal sosok yang dijebak. Karena itu, modus dan sasarannya kadang tidak tepat. Hingga aksinya berujung pada kegagalan.

Yang dialami Tegar Imanto, misalnya. Warga Rungkut itu terbiasa menghidupkan handphone meski tengah terlelap. Pekan lalu, pukul 03.30, ponselnya berdering. Yang tertera di layar adalah nomor tidak dikenal. Saat diangkat, terdengar suara sirene dan remaja menangis di ujung telepon.

 ''Tulung anakmu, Mak (tolong anakmu, Bu, Red),'' ucapnya menirukan ucapan di seberang telepon.

Permintaan itu diucapkan berulang-ulang. Di ujung telepon, remaja tersebut mengaku sebagai anak Tegar dan tengah menghadapi musibah. Dia ditangkap polisi karena membawa narkoba. Dengan merengek, dia meminta segera ditebus agar kasusnya tidak berlanjut dan dibebaskan.

Tegar mengakui bahwa permintaan remaja itu sangat mengaduk-aduk perasaannya. Dia terkejut dan iba. Namun, setelah menengok ke kanan, dia baru sadar bahwa anak-anaknya masih kecil dan sedang tertidur pulas. Dengan perasaan kesal, dia memberikan kalimat penutup sebelum mengakhiri perbincangannya.

''Anakku lagi ngedot. Opo kowe ngedot?'' ucap Tegar yang disambut umpatan khas Surabaya.

Lain lagi yang dialami Bagus Setiawan. Warga Jambangan itu menyatakan nyaris menjadi korban penipuan dari penelepon gelap. Dia masih ingat persis kejadiannya. Saat leyeh-leyeh pukul 14.30, ponselnya tiba-tiba berbunyi. Dari ujung telepon, dia mendengar suara seorang pria dengan nada tegas.

Pria tersebut mengaku sebagai seorang polisi dan mengabarkan bahwa anak laki-lakinya mengalami kecelakaan. Dia juga menyebutkan bahwa kondisinya kritis dan langsung dibawa ke rumah sakit.

''Dia minta uang Rp 5 juta untuk jaminan perawatan dan segera dikirim,'' katanya.

Bagus pun panik. Sebab, anak keduanya, laki-laki, saat itu keluar rumah. Di tengah kebingungannya, pelaku meminta agar uang dibawa ke Jalan A. Yani. Tepatnya di depan gerbang masuk ke Jalan Siwalankerto.

Setelah mengambil uang Rp 5 juta, dia dan istri beranjak ke Siwalankerto. Saat itu menantunya sempat menanyakan alasannya terburu-buru. Dia pun menceritakan kronologisnya.

Menantunya kemudian meminta Bagus agar menghubungi nomor pemberi informasi. Di ujung telepon, pelaku mengaku sebagai polisi yang berdinas di Polsek Waru. Namun, di Mapolsek Waru mereka malah bingung. Sebab, tidak ada petugas yang memberikan kabar mengenai adanya kecelakaan. Bagus pun curiga.

 Bagus lantas menghubungi nomor pelaku dan memberitahukan bahwa dirinya berada di Mapolsek Waru. Mendengar itu, pelaku langsung mematikan ponsel dan tidak bisa dihubungi lagi.

Karena itu Anda juga harus berhati-hati. Jangan sampai hampir lengah seperti yang dialami Bagus. (eko/c15/fal/flo/jpnn)


SURABAYA—Mungkin beberapa di antara Anda pernah menjadi korban penipuan melalui telepon. Kini, penipuan dengan memanfaatkan sisi emosional


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News