Pengusaha Tuding Sistem Host to Host Perlambat Operasional

Pengusaha Tuding Sistem Host to Host Perlambat Operasional
Suasana salah satu pelabuhan di kota Batam, Kepri. Foto: dok. JPNN

jpnn.com - BATAM - Demo menolak sistem host to host di Kantor Pelabuhan Laut diikuti puluhan karyawan dari sejumlah agen kapal yang tergabung dalam Indonesia National Shipowners Association (INSA) Batam. 

"Ini hanya memperlambat operasional. Sistemnya lambat dan menghabiskan waktu," ujar Ketua INSA Batam, Zulkifli Ali, di Kantor Pelabuhan (Kanpel) Batam di Batuampar seperti diberitakan batampos (Jawa Pos Group) hari ini (17/9).

Menurut Ali, selain lamban, agen pelayaran juga keberatan dengan kebijakan pembayaran deposit dalam sistem ini. Dimana agen diwajibkan membayar deposit sebesar 125 persen dari estimasi biaya jasa kepelabuhanan, khususnya biaya bongkar muat di pelabuhan Batuampar.

"Sebelum kapal datang kita sudah mengeluarkan uang yang besar. Ini tidak masuk akal," tegasnya.

Selain itu, dalam sistem yang dikeluarkan pada 1 September ini juga membatasi jumlah kapal yang bisa dilayani agen setiap harinya. Yakni hanya lima kapal.

"Sistem sebelumnya sudah pas, kenapa diganti. Kalau saldo tidak cukup kapal tidak bisa berangkat," terangnya.

Hal senada disampaikan Ketua Agen Pelabuhan Rakyat (Pelra) Batam, Wandi. Menurutnya sistem online itu tak akan berjalan maksimal bagi pelayaran kapal kecil. "Sistemnya belum online dan Satker di pelabuhan hanya main game," keluhnya.

Ia mengungkapkan jika sistem ini diberlakukan karena takut terjadi kebocoran dari pelabuhan, maka BP Batam telah salah sangka. "Kami gak mungkin lari, itu kan rekening perusahaan," jelasnya.

BATAM - Demo menolak sistem host to host di Kantor Pelabuhan Laut diikuti puluhan karyawan dari sejumlah agen kapal yang tergabung dalam Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News