Di Pucuk-pucuk Tebing Ini Dulu Para Anggota GAM Bersembunyi

Di Pucuk-pucuk Tebing Ini Dulu Para Anggota GAM Bersembunyi
DIJAMIN AMAN: Wartawan Jawa Pos berpose di depan bukit cadas yang menjadi persembunyian gerilyawan GAM di kawasan Pucok Krueng, Aceh Besar. Foto: Jawa pos photo

jpnn.com - PADA 15 Agustus 2005, diteken perjanjian damai antara Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Ya, MoU Helsinki,sudah berusia 11 tahun. 

Tidak ada lagi gerilyawan GAM yang bersembunyi di hutan-hutan. Basis-basis persembunyian mereka itu kini ”disulap” menjadi objek wisata baru yang mendebarkan. Berikut laporan wartawan Jawa Pos BAYU PUTRA yang pekan lalu berwisata menyusuri jalur GAM.

------

PENANDA waktu di ponsel saya menunjukkan pukul 08.00 waktu Aceh. Mendel John Pols, direktur operasional Aceh Explorer (AE) yang berasal dari Belanda, kemudian mendekat. 

”Mobil kita sudah datang,” ujarnya Kamis lalu (8/9). Pikap yang dirombak menjadi mobil penumpang itu akan mengantar saya dan para wisatawan lain menuju basis GAM di Pucok Krueng, Aceh Besar. 

Kami berangkat dari penginapan yang dikelola AE di pusat Kota Banda Aceh. Sebelum ke Pucok Krueng, kami menjemput dua pemandu di kawasan Lhoknga, masih di pusat kota. 

Mereka adalah Armansyah dan Ferizal. Keduanya merupakan mantan kombatan (warga sipil yang ikut perperang) GAM yang tinggal di Pucok Krueng sekitar tiga tahun.

Pucok Krueng merupakan kawasan hutan dengan sungai dan ngarai yang cukup sulit untuk dilewati. Hutannya rimbun. 

PADA 15 Agustus 2005, diteken perjanjian damai antara Pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Ya, MoU Helsinki,sudah berusia 11 tahun. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News