Kisah Keluarga Buta yang Tetap Gigih Menyambung Hidup dengan Jualan Air
jpnn.com - Mempunyai keterbatasan pengelihatan, tak membuat Nyoman Warka, 46, warga Banjar Saba, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh menyerah. Ia tetap gigih memperjuangkan hidup dengan menjual air kelebutan (mata air).
Bersama istrinya yang juga buta, Warka berjuang untuk menyambung hidup. Sebab pekerjaan yang ia lakoni harus bersaing dengan pompa air.
INDRA PRASETIA, Gianyar
SEBUAH ember bekas cat berukuran 20 liter diusung Nyoman Warka. Ember putih tersebut berisi air mineral yang diambil dari sumber mata air di desanya.
Sambil membawa tongkat, Warka yang mata kanannya buta total dan mata kirinya kabur dengan gigih mengantarkan pesanan air itu ke rumah-rumah penduduk di Desa Saba, Blahbatuh.
Air tersebut diperoleh dari sumber mata air yang lokasinya di dekat sawah dengan kedalaman 10 meter.
Namun, pihak desa telah mengangkat air itu dengan sumur bor ke atas tebing, sehingga Warka tidak kesulitan lagi mengambil air turun ke bawah.
"Air yang saya bawa sudah dipesan oleh warga di sini, ada 15 pelanggan yang saya layani,” ujar Warka, di rumahnya yang sudah lapuk.
Mempunyai keterbatasan pengelihatan, tak membuat Nyoman Warka, 46, warga Banjar Saba, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh menyerah. Ia tetap gigih memperjuangkan
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor
- Pesantren Ala Kadarnya di Pulau Sebatik, Asa Santri di Perbatasan Negeri