Wisman Pulang Bawa Duka dan Rasa Trauma

Wisman Pulang Bawa Duka dan Rasa Trauma
ILUSTRASI. FOTO: Pixabay.com

jpnn.com - LOMBOK - Setelah sempat tak terdengar beberapa bulan, kasus pembegalan terhadap wisatawan kembali terjadi. Persoalan yang terus berulang dan mengancam industri pariwisata. Kenapa tak kunjung teratasi?

Pariwisata Lombok menggeliat. Bahkan Pemprov NTB melalui Dinas Pariwisata (Dispar) sesumbar menargetkan 3 juta kunjungan wisatawan di 2016. Hampir semua faktor pendukung target tersebut telah terpenuhi. Hotel, sumberdaya manusia, destinasi wisata, promosi  dan sebagainya.

Hanya saja kelengkapan itu terancam oleh satu persoalan klasik yang kerap muncul setiap tahun. Pembegalan terhadap wisatawan. Suka atau tidak aksi begal ini seolah rutin terjadi.

Tahun lalu misalnya terjadi lebih dari 40 kasus terutama di wilayah selatan Lombok Tengah (Loteng) yang terkenal indah. Imbasnya pun langsung terasa.

Alih-alih bisa menikmati keindahan berlibur di NTB, wisman pun tak jarang kembali ke negara asalnya membawa duka dan rasa trauma.

Sederetan aksi pembegalan wisatawan, membuat pengurus Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) angkat bicara. Mereka meminta, Pemkab segera menyusun pola pelayanan antar jemput wisatawan asing, menggunakan transportasi masal.

“Bila perlu, ketika mereka keluar ke mana-mana, dikawal. Kalau tidak bisa, mari kita pikirkan untuk membuat transportasi masal itu,” usul Ketua PHRI Loteng Lalu Fathurrahman, dilansir Lombok Post (Jawa Pos Group).

Dengan begitu, kata Fathurrahman seluruh wisatawan asing terlayani dengan baik. Mereka tidak lagi menggunakan transportasi sendiri. Tugas itu pun, dibawah kendali Dinas Hubkominfo dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

LOMBOK - Setelah sempat tak terdengar beberapa bulan, kasus pembegalan terhadap wisatawan kembali terjadi. Persoalan yang terus berulang dan mengancam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News