Pak Tayib si Penggali Liang Lahat, Mampu Kuliahkan Anaknya
jpnn.com - TAYIB si penggali liang kubur. Untuk kebutuhan hidup kesehariannya, dia harus pandai-pandai mengais rezeki. Berkat keuletannya, dia mampu menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi
Ambrosius, Pontianak
Dengan tubuhnya yang kurus dan kulit hitam dibakar mentari, Tayib tetap setia dengan cangkul sebagai alat menggali liang lahat.
Usianya sudah 55 tahun. Sudah 23 tahun dia mencari rezeki sebagai penggali liang lahat di Pemakaman Muslim Jalan Tabrani Achmad, Pontianak Barat, Kalimantan Barat.
Kata ayah tiga anak ini, rejeki dari perkerjaannya dating saat ada orang yang meninggal. Namun, tidak lantas dia selalu berdoa agar ada orang meninggal. Dia sangat percaya, rezeki sudah diatur sang Maha Pengasih.
"Satu hari kadang bisa sampai tiga kali menggali kubur. Tapi itu tak menentu, kadang tiga hari lagi baru ada," ungkap Tayib kepada Rakyat Kalbar (Jawa Pos Group) yang mengunjungi rumahnya Jalan Tebu, Komp. Dwi Ratna Indah II, Pontianak Barat, beberapa hari lalu.
Kediamannya tidak jauh dari pemakaman itu. Ia memulai kerja sebagai penggali kubur sejak 1993, yang saat itu secara kebetulan ada orang yang memintanya untuk membantu menggali liang lahat. “Sebelumnya tukang bangunan kemudian saya berhenti, lalulah saya keterusan menekuni perkerjaan ini,” tuturnya dengan senyum.
Satu risiko yang selalu dipikulnya, penggali kubur itu harus selalu siap dipanggil jika ada orang yang dipanggil oleh Allah yang Maha Kuasa.
TAYIB si penggali liang kubur. Untuk kebutuhan hidup kesehariannya, dia harus pandai-pandai mengais rezeki. Berkat keuletannya, dia mampu menyekolahkan
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor
- Pesantren Ala Kadarnya di Pulau Sebatik, Asa Santri di Perbatasan Negeri