Memalukan, Wakasek Tertangkap Tangan Terima Suap Mutasi Siswa

Memalukan, Wakasek Tertangkap Tangan Terima Suap Mutasi Siswa
MEMALUKAN: Nanang (kiri) dan Khairil Anwar saat digelandang ke Polrestabes Surabaya Jumat (2/1) Foto Miftahul/Jawa Pos/JPNN.com

jpnn.com - Wakil Kepala SMAN 15 Nanang tidak bisa berkutik. Dia tertangkap tangan menerima suap di sekolahnya Jumat (2/1). Kasus tersebut terbongkar berkat operasi tangkap tangan (OTT) polrestabes bersama Komisi D DPRD Surabaya.

Aksi OTT itu berawal saat komisi D menerima laporan dari Mayor Siddiq, warga Perum TNI-AL, Jalan Opak, pada 26 Desember lalu. Siddiq mengadukan tingginya biaya mutasi sekolah yang diajukan SMAN 15. Siddiq memang berencana memindahkan anaknya, E. Abrar Dharmawan, dari SMAN 66 Jakarta Selatan ke SMAN 15 Surabaya. Hal itu dilakukan karena Siddiq dipindah dinas ke Surabaya.

Kepada Komisi D, Siddiq melaporkan bahwa SMAN 15 mematok tarif bervariasi. Mutasi siswa dalam kota ditarif Rp 30 juta, sedangkan dari luar daerah dan luar pulau dibanderol Rp 30 juta–Rp 40 juta. Laporan itu ditindaklanjuti komisi D. Mereka meminta dinas pendidikan (dispendik) untuk merespons pengaduan tersebut. ”Namun, ternyata tidak ada tindak lanjut. Praktik itu tetap terjadi,” ucap anggota komisi D Baktiono kemarin.

Selasa lalu (30/12) Siddiq kembali mendatangi komisi D. Dalam laporannya, dia mengatakan bahwa anaknya diwajibkan ikut tes masuk SMAN 15. Anehnya, Abrar yang siswa kelas X IPS diminta mengikuti tes IPA. Tentu saja Abrar tidak lulus. Namun, kata Baktiono, sekolah tetap memperbolehkan Abrar masuk SMAN 15 dengan syarat membayar uang ’’pelicin’’ sesuai tarif.

Nah, saat itulah komisi D menyusun skenario OTT. ”Kami berkoordinasi dengan aparat kepolisian. Pak Siddiq juga kami minta menyiapkan uang untuk keperluan ini,” kata Baktiono. Agenda OTT lantas disusun. Kemarin ditetapkan sebagai hari eksekusi. Operasi tersebut hanya melibatkan dua anggota komisi D, yakni Baktiono dan Budi Leksono, serta empat anggota Satuan Intel Polrestabes Surabaya. Aksi yang dimulai sekitar pukul 09.00 tersebut juga melibatkan si pelapor, Siddiq.

Ada dua skenario yang disiapkan. Awalnya, Budi Leksono menyamar menjadi wali murid yang berniat memutasi anaknya. Budi sudah membawa duit Rp 30 juta untuk persiapan jika diminta membayar. ”Tapi, rencana itu gagal. Sekolah menolak dengan alasan tidak menerima siswa dari dalam kota karena berstatus sekolah kawasan,” kata Budi.

Akhirnya, skenario kedua dijalankan. Siddiq datang menemui Nanang untuk bernegosiasi soal tarif mutasi. Siddiq berusaha menawar. Dia mengaku tidak punya uang Rp 30 juta. Nanang akhirnya meminta Siddiq menyiapkan uang Rp 5 juta. Siddiq lalu menyerahkan uang Rp 3 juta dan berjanji melunasinya pekan depan. Uang ’’panas’’ itu diselipkan Nanang di tumpukan kertas dalam map.

Tidak lama kemudian, Siddiq memberikan kode kepada Baktiono-Budi Leksono lewat misscall. Langsung saja, duet legislator itu meluncur ke ruangan Nanang bersama empat anggota polrestabes.

Wakil Kepala SMAN 15 Nanang tidak bisa berkutik. Dia tertangkap tangan menerima suap di sekolahnya Jumat (2/1). Kasus tersebut terbongkar berkat

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News