1.357 Napi Kabur, Hilang Entah ke Mana

1.357 Napi Kabur, Hilang Entah ke Mana
Kerusakan di Kota Palu, Sabtu (29/9) akibat gempa bumi dan tsunami. Foto: HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS

jpnn.com, JAKARTA - Setidaknya 8 dari total 15 Unit Pelaksana Teknis (UPT) Lapas, Bapas, maupun Rutan di Sulawesi Tengah rusak akibat gempa dan tsunami, para narapidananya kabur.

Rutan Donggala dilaporkan terbakar pada Sabtu (29/9) sekitar pukul 23.00 WIB beberapa jam setelah gempa dan tsunami menghajar Sulteng. Kondisi Rutan Palu juga diketahui rusak berat dan tahanannya kabur.

Data dari Ditjen Pemasyarakatan (Pas) Kementerian Hukum dan Ham (Kemenkumham) mencatat bahwa penjara yang terdampak diantaranya Lapas Kelas IIA Palu, Rutan Kelas IIA Palu, Bapas Palu, Rutan Donggala, Cabang Rutan Parigi, Lembaga Pemasyarakatan Khusus Perempuan (LPP) Palu, Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak (LPKA) Palu dan Rutan Kelas IIB Poso.

Ada sekitar 3.220 orang napi yang berada di 8 lapas tersebut. Senin (1/10), tinggal 1.863 orang yang masih tinggal di lapas. Sisanya, 1.357 orang hilang entah ke mana. Pasca gempa dan tsunami, lapas-lapas dan rutan yang semuanya overkapasitas itu kehilangan rata-rata 90 persen penghuninya.

Dari data yang dimiliki Kemenkopolhukam ada satu lapas dan dua rutan yang tahanannya kabur. Di Lapas kelas IIA di Palu yang berpenghuni 690 orang, ada 588 napi yang kabur. Sedangkan yang masih tersisa 102 orang.

Seluruh penghuni Rutan Donggala 343 orang kabur semuanya. Di Rutan Palu yang total penghuninya ada 479 orang itu 426 orang lari sehingga tersisa 53 orang.

Dirjen Pas Sri Puguh Utami menuturkan bahwa kondisi saat itu memang sangat mencekam. Saat gempa terjadi, bangunan lapas bergoyang. Di Rutan Donggala, Karutan dan jajarannya memerintahkan para napi untuk berkumpul di lapangan tengah dan memberikan mereka arahan bersiap untuk evakuasi. Beberapa petugas lapas terus mencari informasi tentang bencana yang tengah terjadi. “Bahkan dilaporkan muncul lumpur dan pasir dari bawah tanah,” tutur Utami kemarin.

Para napi memaksa keluar rutan untuk bertemu keluarganya. Karutan sempat berhasil menenangkan mereka. Namun, muncul provokasi dari beberapa napi. Karutan sempat bernegosiasi untuk memperbolehkan para Napi bertemu keluarganya. Namun para Napi menolak, pecahlah keributan yang berujung pada pembakaran bangunan Rutan Donggala.

Pasca gempa dan tsunami di Sulteng, lapas-lapas dan rutan yang semuanya overkapasitas itu kehilangan rata-rata 90 persen penghuninya, napinya kabur.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News