Abu Sayyaf Ingin Ciptakan Konflik Agama di Filipina

Abu Sayyaf Ingin Ciptakan Konflik Agama di Filipina
Kondisi Katedral Jolo usai ledakan bom kembar yang diduga merupakan ulah kelompok militan Abu Sayyaf. Foto: Armed Forces of the Philippines (AFP)

jpnn.com, MANILA - Anggota faksi Abu Sayyaf yang dipimpin Hatib Hadjan Sawadjaan makin berkurang. Kemarin, Senin (4/2) lima anggota faksi Ajang-Ajang menyerahkan diri kepada otoritas Filipina. Salah satunya merupakan tersangka yang diduga berhubungan erat dengan serangan bom Katedral Bunda Karmel pada 27 Januari.

Salah satu tersangka yang menyerahkan diri adalah Kammah Pae. Kammah merupakan anak buah Sawadjaan yang diduga mengatur akomodasi pasangan suami istri Indonesia terduga pelaku bom bunuh diri tersebut. Polisi sudah menemukan bukti alat peledak dan komponennya saat menggeledah rumahnya.

Menurut The Straits Times, Kammah merupakan saudara mendiang Surakah Ingog, pejuang kelompok Abu Sayyaf yang terbunuh pada 2018.

"Mereka terpaksa menyerah karena takut untuk meninggal dalam baku tembak," ujar Kepala Philippines National Police Dirjen Oscar Albayalde. Dalam operasi pengejaran Sabtu lalu (2/2), tiga anggota Ajang-Ajang meninggal.

Selain Kammah, Philippines Daily Inquirer menyebutkan bahwa empat tersangka yang menyerahkan diri adalah Albaji Kisae Gadjali alias Awag, Rajan Bakil Gadjali alias Radjan, Kaisar Bakil Gadjali alias Isal, dan Salit Alih alias Papong. Mereka bakal menghadapi 23 kasus pembunuhan, 95 percobaan pembunuhan, dan perusakan aset.

Total 22 anggota kelompok militan Ajang-Ajang yang bermakna putra pejuang tersebut mendapat dakwaan yang sama. Termasuk, 14 orang yang saat ini masih berada dalam pelarian. "Penyelidikan ini masih jauh dari selesai," ujar Albayalde.

Sudah satu tahun Sawadjaan merencanakan pengeboman tempat ibadah Katolik di Jolo. Namun, rencana itu baru terealisasi awal 2019. Pengeboman itu terjadi beberapa hari pascareferendum pembentukan Pemerintah Otonomi Bangsamoro. "Serangan itu bertujuan memicu ketegangan antaragama di Mindanao," ujar Menteri Dalam Negeri Filipina Eduardo Ano.

Rencana pembentukan Bangsamoro memang membuat kelompok Abu Sayyaf resah. Sebab, dengan otonomi, Mindanao bakal memakai sistem demokrasi di bawah pemerintah Filipina. Padahal, visi Abu Sayyaf adalah merebut paksa wilayah Filipina Selatan dan mendirikan pusat khilafah di Asia Tenggara.

Rencana pembentukan Bangsamoro memang membuat kelompok Abu Sayyaf resah. Sebab, dengan otonomi, Mindanao bakal memakai sistem demokrasi

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News