Airi Sawah dengan Pompa Tenaga Solar Cell

Oleh Dahlan Iskan

Airi Sawah dengan Pompa Tenaga Solar Cell
Dahlan Iskan. Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com - Sudah sebulan ini saya melakukan uji coba: pasang panel surya untuk pengairan. Listrik yang dihasilkan tenaga surya itu untuk menggerakkan pompa air. Untuk mengairi tanaman di musim kemarau. Seperti kemarau yang kering sekarang ini.

Berhasil. Itu kata pelaksana di lapangan. Saya tidak bisa melihatnya sendiri. Lokasi uji coba itu di Jombang.

Tidak mungkin saya bisa ke sana. Saya hanya menerima laporan. Tertulis dan video. Dan lisan. Terlihatlah di video itu: pompanya mengeluarkan air. Air dari dalam tanah. Cukup untuk tanaman 20 ha.

Ide itu lahir dari kegelisahan. Mengapa penggunaan solar cell di Indonesia selalu mahal karena harus dikaitkan dengan baterai. Seolah solar cell tidak bisa mandiri. Padahal, solar cell-nya murah. Tapi, karena baterainya mahal, jadinya keseluruhan proyek solar cell jadi mahal.

Ini karena solar cell selalu dimaksudkan untuk menghasilkan penerangan. Baik di rumah tangga maupun untuk penerangan jalan. Mataharinya hanya ada di siang hari. Padahal, listriknya diperlukan di malam hari.

Mau tidak mau listrik yang dihasilkan dari tenaga matahari harus disimpan dulu di baterai. Agar bisa dipakai di malam hari. Akhirnya harga listrik dari tenaga matahari selalu lebih mahal daripada listrik PLN.

Maka, saya terus berpikir mencari jenis penggunaan listrik yang bukan untuk penerangan. Agar tidak memerlukan baterai.

Untuk keperluan apa ya yang tidak perlu kehadiran baterai? Lalu, saya ingat ketika masih sering keliling ke desa-desa dulu. Baik selagi masih menjabat Dirut PLN lebih-lebih selagi menjabat menteri BUMN.

Listrik yang dihasilkan tenaga surya itu untuk menggerakkan pompa air, untuk mengairi tanaman di musim kemarau.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News