Amelia Yani Menangis saat Cerita Ayahnya Ditembus 7 Peluru

Amelia Yani Menangis saat Cerita Ayahnya Ditembus 7 Peluru
Amelia Yani. Foto: DILIANTO/INDOPOS

"Saya tidak bisa tidur dan terus mengamati pemberitaan tersebut dari televisi," ujarnya yang mengaku tak mau berkomentar lebih jauh soal bentrokan tersebut.

Berita lain yang juga menjadi perhatian Amelia, adanya seruan nonton bareng (nobar) film G30S/PKI oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan sejumlah elemen masyarakat.

"Saya bersyukur bahwa film itu diputar kembali, meski hanya lewat nobar. Dan saya berterima kasih atas pernyataan Panglima TNI yang sangat tegas atas peristiswa G30S/PKI dan pentingnya masyarakat mengenang kembali sejarah tersebut," tuturnya.

Amelia menyatakan, selama beberapa tahun tak ada pemutaran film G30S/PKI. Ini menunjukkan upaya pengaburan ingatan atas adanya sejarah kelam yang dialami negeri ini.

"Sekarang Pahlawan Revolusi bangkit kembali bersama generasi muda Indonesia. Ini yang membuat saya terharu dan menangis karena akhirnya kaum muda Indonesia menyadari betapa pentingnya sejarah. Dan jangan ditutup-tutupi lagi," kata Amelia dengan nada suara terbata-bata.

Amelia pun mengaku masih sulit menerima kenyataan bahwa dia menjadi salah satu korban sejarah kebiadapan PKI.

"Pada 1984, ketika film itu diputar di bioskop, saya menangis dan bertanya-tanya terus kenapa kami ada di sana? Kenapa tidak di rumah yang Taman Surapati? Kenapa kami harus ada di Jalan Lembang, saat peristiwa itu terjadi?" ucapnya.

Bahkan saat menyaksikan pemutaran perdana film G30S/PKI, Amelia harus menonton berulangkali demi meyakinkan bahwa bukan keluarganya yang harus menjadi korban.

Amelia Yani cerita, ayahnya saat diculik hanya pakai piyama. Jenderal Ahmad Yani sempat melawan dan meninju salah satu prajurit Tjakrabirawa.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News