Aroma Kejayaan Tembakau Deli yang Semakin Memudar

Aroma Kejayaan Tembakau Deli yang Semakin Memudar
Gudang Fermentasi Tembakau Deli PTPN) II di Bulu Cina. Foto: Mesya/JPNN.com

Semuanya sibuk bekerja, ada yang menyortir tembakau disesuaikan dengan tingkat koyakan (sobek), warna, dan panjang daun. Semua diberikan label kertas putih dengan tulisan tangan.

Ada 25 jenis tembakau yang harus mereka pisahkan. Semuanya dilakukan manual dengan alat-alat sederhana yang terbuat dari kayu.

Yang agak modern hanya alat pengepres tembakau. Itupun merupakan sisa-sisa dari kolonial Belanda. Menurut Salmiah (68), semua alat yang dipakai untuk proses fermentasi tembakau Deli asli peninggalan Belanda. Semuanya masih tersimpan dan terawat rapi. Kalaupun ada tambahan tidak seberapa.

Salmiah sudah bekerja di gudang tembakau ini sejak 1964. Kala itu usianya baru 13 tahun. Tamatan Sekolah Rakyat ini merupakan generasi ketiga yang bekerja di situ.

Diceritakan Salmiah, nenek dan ibunya sejak dulu menjadi karyawan perkebunan. Tidak hanya Salmiah, kakak-kakak perempuannya juga bekerja di sana. Sedangkan yang laki-laki bekerja di ladang tembakau.

BACA JUGA: Baiq Nuril: Nadanya Pak Joko Sudah Beda, Saya Curiga

Ibu dua anak dan lima cucu ini tahunya sejak ikut ibunya, yang bekerja di gudang tembakau hanya perempuan. Kalaupun ada laki-laki hanya saat melakukan pengepresan untuk kemudian dibal. Uniknya lagi, perempuannya bersuku Jawa.

Aroma Kejayaan Tembakau Deli yang Semakin Memudar

Gudang Fermentasi Tembakau Deli PTPN II di Bulu Cina, saksi kejayaan tembakau Deli yang tersohor hingga ke Uni Eropa di abad ke-19.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News